SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI FORUM DISKUSI PENDIDIKAN BERSAMA AFIFUDDIN,S.Pd.
Ayoooooooo' sobat blogger sumbangkan ide-ide kreatifmu untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik!!!!!!!!!!!

Kamis, 22 September 2011

SKRIPSI


KORELASI ANTARA KOMPETENSI MENGAJAR GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 1 ALAS KABUPATEN SUMBAWA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun Oleh : AFIFUDDIN,S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
       Dalam upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa di berbagai aspek kehidupan manusia, maka salah satu alat yang ampuh untuk mencapai tujuan tersebut ialah pendidikan. Sebagai alat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan tidak sekedar dilaksanakan begitu saja oleh pendidik atau orang dewasa lainnya, melainkan dilakukan secara sadar dan terencana menurut kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
       Menurut Isjoni (2009 : 87), “kejayaan suatu Negara bergantung pada ilmu. Proses penyampaian ilmu itu memerlukan orang yang benar-benar pakar dalam bidangnya”.
       Dalam pendidikan dan pengajaran, guru merupakan tenaga pendidik profesional yang memiliki tanggung jawab mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya, agar peserta didik mengetahui, memahami, dan menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan.
Selanjutnya, Djamarah (1994 : 32) menyatakan bahwa:
Dalam proses interaksi belajar mengajar, guru adalah orang yang memberikan pelajaran dan siswa adalah orang yang menerima pelajaran. Dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa, diperlukan pengetahuan dan kecakapan atau keterampilan sebagai guru. Tanpa itu semua, tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dapat berjalan secara kondusif. Disinilah kompetensi dalam arti kemampuan mutlak diperlukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. 
       Menurut Sagala (2009 : 17), “…standar profesional guru mempunyai kriteria minimal berpendidikan sarjana atau diploma empat serta dilengkapi dengan sertifikasi profesi”.
       Selanjutnya, menurut Djamarah (1994 : 38) “dalam pendidikan dan pengajaran, guru tidak hanya berperan sebagai administrator, demonstrator, pengelola kelas, mediator, fasilitator, supervisor,dan evaluator, tetapi ia juga sebagai motivator, dan pembimbing”.
Lebih lanjut, Sardiman (2010 : 145) menyatakan bahwa:
Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
       Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, jelas bahwa kualitas kompetensi mengajar guru sangat berhubungan dengan kualitas motivasi belajar siswa.  Secara sederhana, apabila kualitas kompetensi mengajar guru tinggi, maka akan berdampak pada tingginya motivasi belajar siswa dan begitu juga sebaliknya, jika kualitas kompetensi mengajar guru rendah, maka akan berdampak pada rendahnya motivasi belajar siswa.
       Sementara itu, gejala yang timbul di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011 bervariasi. Variasi yang dimaksud, bahwa ada beberapa guru yang berkompetensi tinggi dalam mengajar, berdampak pada tingginya motivasi belajar siswa, tetapi ada juga beberapa guru yang berkompetensi tinggi dalam mengajar, namun motivasi belajar siswa tidak berubah.   
       Berdasarkan uraian dan gejala-gejala di atas, belum diketahui dengan jelas tentang ada tidaknya korelasi positif antara kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar siswa. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : Korelasi Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011.     
B.     Rumusan Masalah
       Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011?”.
C.    Tujuan Penelitian
      Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : “Untuk Megetahui Ada Tidaknya Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011”.
D.    Signifikansi Penelitian
       Menurut Arikunto (2001 : 21), “signifikansi berarti kegunaan atau manfaat”. Sedangkan menurut Surakhmad (1998 : 53), “signifikansi adalah manfaat, atau kegunaan dari penelitian sehingga memiliki dampak positif baik ditinjau dari segi teoritis maupun praktis”.
        Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan signifikansi menurut peneliti adalah manfaat atau kegunaan yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian baik ditinjau dari segi teoritis maupun praktis.
        Sehubungan dengan penelitian ini, maka signifikansi atau manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:
1.      Signifikansi Teoritis
a.       Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berharga dalam memperkaya ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya tentang korelasi antara kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar siswa.
b.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat merangsang penelitian lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang hal-hal yang belum terugkap dalam penelitian ini sebagai bahan perbandingan.
2.       Signifikansi Praktis
a.       Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan positif bagi para guru, khususnya guru di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, tentang pentingnya kompetensi mengajar guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
b.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi para guru, khususnya guru di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, dalam upaya memberikan motivasi kepada siswanya dalam belajar.
E.     Asumsi Penelitian
       Menurut Sevilla dkk (2006 : 17-18), “asumsi adalah suatu kejadian atau situasi yang dianggap benar, sehingga kebenarannya tidak diragukan”. Sedangkan menurut Sugiyono (2005 : 56), “asumsi atau anggapan dasar adalah pernyataan yang diterima kebenarannya tanpa pembuktian”.
       Berdasarkan pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan asumsi menurut peneliti adalah suatu situasi dan anggapan yang kebenarannya tidak diragukan.
       Sehubungan dengan penelitian ini, maka asumsi yang diajukan adalah sebagai berikut:
1.      Asumsi Teoritis
a.       Standar profesional guru mempunyai kriteria minimal berpendidikan sarjana atau diploma empat serta dilengkapi dengan sertifikasi profesi.
b.      Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas motivasi siswa dalam belajar adalah faktor kompetensi guru dalam mengajar.
2.      Asumsi Metodik
       Metode yang digunakan dalam penelitian ini, diasumsikan dapat mendukung keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian. Adapun metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Metode penentuan subyek penelitian dengan menggunakan studi populasi untuk subyek guru dan studi sampel dengan teknik Proportional Random Sampling untuk subyek siswa.
b.      Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode angket/kuesioner sebagai metode pokok dan metode observasi dan metode pencatatan dokumen sebagai metode pelengkap.
c.       Teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis statistik dengan rumus koefisien korelasi product moment.
3.      Asumsi Pelaksanaan
       Penelitian ini terlaksana dengan baik dan lancar, atas dukungan dari beberapa faktor, antara lain:
a.       Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan sumber data yakni kepala sekolah, guru, pegawai dan siswa di sekolah tempat penelitian berlangsung.
b.      Tersedianya data-data dan literatur yang menunjang sesuai dengan kebutuhan peneliti.
c.       Dosen pembimbing yang selalu siap memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada peneliti.
F.     Lingkup Penelitian
       Dalam melakukan penelitian, perlu adanya pembatasan atau ruang lingkup masalah yang diteliti. Hal ini untuk menjaga agar penelitian tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan diteliti dan agar pembahasan masalah tidak meluas.
       Menurut Sevilla dkk (2006 : 18), “secara singkat ruang lingkup (scope) penyelidikan menetapkan dimana dan kapan penelitian dilaksanakan dan siapa subjeknya dan ruang lingkup menetapkan batasan-batasan dari penelitian”.
       Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka akan dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1.      Lokasi penelitian ini, yaitu di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
2.      Subyek penelitian ini, terbatas pada guru yang mengajar dan siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
3.      Obyek penelitian ini, terbatas pada korelasi antara kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
G.    Defenisi Operasional Judul
       Untuk memberi kejelasan makna yang terkandung dalam konsep-konsep penting tentang variabel yang akan diteliti, maka perlu adanya penegasan istilah.
       Menurut Sevilla dkk (2006 : 18), “setelah kita menemukan judul atau masalah yang sesuai untuk diselidiki, salah satu hal penting dan utama yang kita lakukan adalah menetapkan dan menjelaskan konsep-konsep penting yang termuat dalam topik atau masalah kita”. Sedangkan menurut Azwar (2007 : 72), “dalam pelaksanaan penelitian, batasan atau definisi suatu variabel tidak dapat dibiarkan ambiguous, yakni memiliki makna ganda, atau tidak menunjukkan indikator yang jelas”.
       Sehubungan dengan penelitian ini, maka konsep-konsep yang dianggap penting mengenai variabel penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Korelasi
       Menurut Bakir dan Suryanto (2006 : 311), “korelasi : hubungan sebab akibat”.
       Sehubungan dengan penelitian ini, maka yang dimaksud dengan korelasi adalah hubungan sebab akibat antara dua variabel yakni antara variabel yang mempengaruhi (variabel bebas) yaitu kompetensi mengajar guru dengan variabel yang dipengaruhi (variabel terikat) yaitu motivasi belajar siswa.
2.      Kompetensi Mengajar
       Menurut Djamarah (1994 : 33), “kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris, yakni competence yang berarti kecakapan dan kemampuan”. Sedangkan menurut Sardiman (2010 : 47), “mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses belajar”.
       Sehubungan dengan penelitian ini, maka yang di maksud dengan kompetensi mengajar adalah kecakapan atau kemampuan guru dalam upaya menciptakan suatu kondisi yang dapat memungkinkan terjadinya proses belajar yang efektif dan efisien.
3.      Motivasi Belajar
       Menurut Notoatmodjo (2009 : 114), “motif atau motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berprilaku. Sedangkan menurut Hadis (2006 : 60), “perubahan prilaku yang diperoleh peserta melalui aktivitas belajar sebagai hasil dari interaksi peserta didik dengan lingkungan pendidikan dan dengan guru di sebut belajar”.
        Lebih lanjut, menurut Sardiman (2010 : 75), “… motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang”.
       Sehubungan dengan penelitian ini, maka yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah suatu dorongan yang dirangsang oleh faktor dari dalam (instrinsik) dan faktor dari luar (ekstrinsik) diri siswa, yang menggerakkan siswa untuk memperoleh perubahan prilaku dalam interaksi belajar. 
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Deskripsi Teori
1.      Kompetensi Mengajar
a.       Pengertian kompetensi mengajar
       Menurut Yamin dan Maisah (2010 : 1), “… istilah competencies, competence, dan competent diterjemahkan sebagai kompetensi, kecakapan, dan keberdayaan merujuk pada keadaan atau kualitas mampu dan sesuai”. Sedangkan menurut Sagala (2009 : 23), “kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya pisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan”.
       Selanjutnya, menurut Djamarah (1994 : 133), “mengajar sebagai suatu keterampilan merupakan aktualisasi ilmu pengetahuan teoritis ke dalam interaksi belajar mengajar”. Sedangkan menurut Hadis (2006 : 76), “mengajar juga dapat diartikan secara luas, yaitu upaya untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi mengajar menurut peneliti adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru, dalam usaha menciptakan suatu kondisi belajar yang kondusif.
b.      Komponen-komponen kompetensi mengajar
       Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14/2005 dan Peraturan Pemerintah No. 19/2005 (dalam Yamin dan Maisah 2010 : 8), menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kepribadian, paedagogik, profesional, dan sosial.
Lebih lanjut, Isjoni (2009 : 72) menyatakan bahwa:
… Guru juga harus memiliki kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, sebagaimana dipersyaratkan oleh UU. Setelah uji kompetensi tersebut, barulah guru dan dosen memiliki sertifikasi pendidik, dan barulah akan terangkat marwah dan kehidupan guru secara hakiki, yakni hidup sejahtera dengan penghasilan yang layak sebagaimana yang dicita-citakan oleh setiap guru Indonesia.
       Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang komponen-komponen kompetensi mengajar, maka akan dijelaskan satu persatu secara mendalam, yaitu sebagai berikut:
1)      Kompetensi kepribadian
       Menurut Djamarah (1994 : 58), “kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik”. Sedangkan menurut Sagala (2009 : 33), “kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis, sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian menurut peneliti adalah kemampuan personal guru yang tercermin dalam suatu tindakan, penampilan, dan ucapan. Selanjutnya, guru yang berkompetensi dari segi kepribadian memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)      Kepribadian yang mantap dan stabil, yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
b)      Kepribadian yang dewasa, yaitu memiliki kemandirian dalam bekerja dan bertindak sebagai pendidik.
c)      Kepribadian yang arif dan bijaksana, yaitu memiliki keterbukaan dalam berfikir dan bertindak dengan peserta didik, sesama pendidik, dan masyarakat.
d)     Kepribadian yang berwibawa, yaitu memiliki prilaku yang dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan memiliki prilaku disegani yang berpengaruh positif bagi peserta didik.
e)      Kepribadian tentang evaluasi diri dan pengembangan diri, yaitu memiliki kemampuan dalam mengintrospeksi diri dan mampu mengembangkan potensi diri secara optimal.
2)      Kompetensi paedagogik
       Menurut Sagala (2009 : 32), “… kompetensi paedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik”. Sedangkan menurut Yamin dan Maisah (2010 : 9) “kompetensi paedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi paedagogik menurut peneliti adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan memahami siswa, sehingga potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Selanjutnya, guru yang berkompetensi dari segi paedagogik memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)      Memahami keseragaman dan potensi peserta didik, sehingga dapat mendisain strategi pelayanan belajar sesuai dengan karakter masing-masing peserta didik.
b)      Mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
c)      Mampu melakukan evaluasi hasil belajar sesuai dengan prosedur dan standar yang telah ditentukan.
d)     Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler dalam usaha mengoptimalkan potensi yang dimiliki peserta didik.
3)      Kompetensi professional
Yamin dan Maisah (2010 : 11), menyatakan bahwa:
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan methodology keilmuan.
Lebih lanjut, Sagala (2009 : 39) menyatakan bahwa:
Sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi professional menurut peneliti adalah kemampuan guru dalam menerapkan konsep-konsep, metodologi, dan pendekatan-pendekatan yang membuat pembelajaran menjadi menarik. Selanjutnya, guru yang berkompetensi dari segi professional memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)Memahami materi ajar yang akan di ajarkan.
b)      Menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
c)Menguasai media pembelajaran, dalam upaya menciptakan suasana belajar yang lebih menarik.
4)      Kompetensi sosial
       Menurut Yamin dan Maisah (2010 : 12), “kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Sedangkan menurut Sagala (2009 : 38) “… kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berinteraksi dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa, dan masyarakat sekitar. Selanjutnya, guru yang berkompetensi dari segi sosial memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)      Mampu berinteraksi secara efektif dengan peserta didik.
b)      Mampu berinteraksi secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
c)      Mampu berinteraksi secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.                        
c.       Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi mengajar
Isjoni (2008 : 69) menyatakan bahwa:     
Konsekuensi logis dari UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen secara tersirat menyebutkan bahwa seorang guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, seperti disebutkan pada (Pasal 1 ketentuan umum), dan guru harus profesional dan dimaksud adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

       Peningkatan kompetensi mengajar merupakan suatu hal yang harus menjadi pusat perhatian bagi seorang guru, agar dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara efektif dan efesien. Salah satunya seorang guru harus mampu mengelola pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga siswa tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan serius.  
       Motivasi belajar secara ektrinsik, salah satunya dapat dipengaruhi oleh faktor guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Seperti halnya motivasi belajar, kompetensi mengajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu.
       Menurut Djamarah (1994 : 130),  “ meski kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, namun kompetensi guru itu sendiri tidaklah berdiri sendiri, tetapi ia juga dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar”.
       Untuk mendapat pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi mengajar guru, maka akan dijelaskan satu persatu secara mendalam, yaitu sebagai berikut:
1)      Latar belakang pendidikan
Djamarah (1994 : 131) menyatakan bahwa:
Perbedaan latar belakang pendidikan akan mempengaruhi kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan interaksi belajar mengajar. Guru alumnus FKIP atau Fakultas tarbiyah dan guru alumnus FISIP akan berbeda cara mengajar mereka. Sebab guru alumnus FKIP atau fakultas tarbiyah telah memiliki sejumlah pengalaman teoritis di bidang keguruan, sedangkan guru alumnus FISIP tidak pernah menerima pengalaman di bidang keguruan. Dari dua orang sarjana dari alumnus suatu perguruan tinggi yang berbeda ini saja sudah terlihat perbedaannya, apalagi bila dibandingkan antara guru alumnus SMTA dengan guru alumnus suatu perguruan tinggi.
Lebih lanjut, Isjoni (2009 : 72) menyatakan bahwa:
Untuk memperoleh sertifikasi pendidik tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sertifikasi pendidik akan dapat diperoleh bilamana guru dengan sungguh-sungguh belajar dan tentunya sertifikasi pendidik, akan didapat oleh guru-guru yang berkualitas dan selama ini sudah menunjukkan kinerja baik dan memilih profesi guru merupakan pilihan nuraninya. Tak kalah pentingnya, adalah guru-guru yang mau belajar dan belajar, selalu mengikuti berbagai diklat-diklat, serta menyadari bahwa ilmu yang selama ini yang dimiliki terasa masih kurang.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan latar belakang pendidikan menurut peneliti, dapat mempengaruhi kualitas kompetensi mengajar guru dan perbedaan latar belakang pendidikan tersebut dipengaruhi oleh jenis dan penjenjangan pendidikan.
2)      Pengalaman mengajar
       Menurut Djamarah (1994 : 132-134), “Experience is the best teacher. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman adalah guru yang tidak pernah marah. Pengalaman adalah sesuatu yang mengandung kekuatan”. Sedangkan menurut Isjoni (2009 : 79), “untuk menjadi guru efektif kita dituntut selalu mawas diri dan terus melakukan perbaikan-perbaikan kompetensi ….”.
Sebagai tambahan mengenai pengalaman mengajar, Djamarah (1994 : 133-134) menyatakan bahwa:
Guru yang baru pertama kali menerjunkan diri mengajar di depan kelas biasanya menunjukkan sikap yang agak kaku dan terkadang bingung untuk mengeluarkan kata-kata apa yang tepat untuk memulai pembicaraan. Keadaan seperti itu terkadang mendatangkan trauma dalam dirinya. Keringat keluar membasahi sekujur tubuh karena kurang terbiasa berhadapan dengan anak didik di depan kelas. Hal ini kurang menguntungkan, karena bisa jadi bahan yang telah dikuasai hilang dari ingatan. Akhirnya, sukar menguasai keadaan kelas.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengalaman mengajar menurut peneliti, dapat mempengaruhi kompetensi mengajar guru. Sebab pengalaman secara teoritis yang diterima di jenjang pendidikan profesi, tidak selamanya menjamin keberhasilan guru dalam mengajar, apabila tidak ditunjang dengan pengalaman interaksi langsung dengan lingkungan belajar atau interaksi langsung dengan siswa.   
2.      Motivasi Belajar
a.       Pengertian motivasi belajar
       Menurut Uno (2009 : 3), “istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat”. Sedangkan menurut Sardiman (2010 : 73),  “Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melalukan sesuatu”.
       Selanjutnya, menurut Djamarah (1994 : 21), “… belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari”. Sedangkan menurut Uno (2009 : 15), “… belajar umumnya diartikan sebagai proses perubahan prilaku seseorang setelah mempelajari suatu objek (pengetahuan, sikap, atau keterampilan) tertentu”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar menurut peneliti adalah kekuatan yang terdapat dalam diri siswa yang mendorong siswa untuk memperoleh perubahan prilaku dalam belajar.       
b.      Macam-macam motivasi belajar
       Berbicara tentang macam-macam motivasi belajar, dalam penelitian ini hanya akan dikaji dari sudut pandang motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1)      Motivasi instrinsik
       Menurut Djamarah (2008 : 149), “yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”.
Lebih lanjut, Sardiman (2010 : 90) menyatakan bahwa:
… Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain”.

       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi instrinsik menurut peneliti adalah motif-motif yang dapat berfungsi walaupun tidak ada ransangan dari luar dan motivasi intrinsik timbul semata-mata karena adanya keinginan siswa untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam interaksi belajar.
2)      Motivasi ekstrinsik
       Menurut Djamarah (1994 : 37), “motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar”. Sedangkan menurut Sardiman (2010 : 151), “motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factors outside the learning situation)”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik menurut peneliti adalah motif-motif yang akan berfungsi bila ada rangsangan dari luar dan motivasi ekstrinsik timbul akibat dari adanya keinginan siswa untuk mendapatkan sesuatu di luar tujuan interaksi belajar.
c.       Indikator motivasi belajar
       Motivasi belajar dapat timbul karena faktor yang berasal dari dalam dan faktor yang berasal dari luar. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga sesorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Sardiman (2010 : 83) menyatakan bahwa:
Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai.
2)      Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3)      Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. Untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).
4)      Lebih senang bekerja mandiri
5)      Cepat bosan pada tugas-tugas yang bersifat rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6)      Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
7)      Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8)      Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
       Lebih lanjut, menurut Uno (2009 : 23), “indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :  1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) Adanya penghargaan dalam belajar; 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, secara umum indikator motivasi belajar antara pendapat ahli satu dengan ahli lainnya tidak jauh berbeda. Namun dalam penelitian ini, hanya akan mengungkap empat karakteristik motivasi belajar siswa yang diklasifikasikan menurut macam-macam motivasi belajar, yaitu sebagai berikut:
1)      Motivasi instrinsik, dengan indikator sebagai berikut:
a)      Adanya kebutuhan untuk berhasil
       Menurut Djamarah (2008 : 153) “dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan”. Sedangkan menurut Hadis (2006 : 34-35) “… siswa belajar karena didorong oleh keinginannya sendiri, maka siswa secara mandiri dapat menentukan tujuan yang akan dicapai nya dan aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut”.
       Sesuai dengan hal tersebut di atas, Sardiman (2010 : 102) berpendapat bahwa “motivasi selalu berkait dengan soal kebutuhan. Ada beberapa jenis kebutuhan misalnya: kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk mengatasi kesulitan”. 
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, siswa yang memiliki motivasi dalam belajar secara instrinsik akan tercermin dari kebutuhannya untuk berhasil, dengan karakteristik sebagai berikut:
(1)   Adanya kebutuhan akan sekolah sebagai tempat untuk mencapai keberhasilan
(2)   Adanya kebutuhan akan peran guru dalam mendidik/mengajar yang mengarah kepada pencapaian tujuan
(3)   Adanya kebutuhan akan materi pelajaran yang berguna untuk mencapai keberhasilan
(4)   Adanya kebutuhan akan rasa bangga dari guru atas keberhasilan yang dicapai
b)      Adanya minat (ketertarikan) terhadap pembelajaran
Hadis (2006 : 44) menyatakan bahwa:
       Minat secara umum dapat diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh individu kepada suatu objek, baik objek berupa benda hidup maupun benda yang tidak hidup. Sedangkan minat belajar dapat diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar, baik dirumah, di sekolah, dan di masyarakat.
Lebih lanjut, Djamarah (1994 : 36) menyatakan bahwa:
Seseorang yang mempunyai minat yang tinggi untuk mempelajari suatu mata pelajaran, maka ia akan mempelajarinya dalam jangka waktu tertentu. Seseorang itu boleh dikatakan memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi itu muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktifitas belajar. Oleh karena itu, minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi ada sangkut paut dengan dirinya.   
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, siswa yang memiliki motivasi dalam belajar secara instrinsik akan tercermin dari minat (ketertarikan) terhadap pembelajaran, dengan karakteristik sebagai berikut:
(1)   Masuk kelas tepat waktu
(2)   Keseriusan dalam mendengarkan guru pada saat menyampaikan materi pelajaran di depan kelas
(3)   Bertanya kepada guru pada saat mengalami kesulitan dalam belajar
(4)   Aktif bertanya dan menjawab pada saat diskusi kelompok
(5)   Membaca buku di perpustakaan pada saat jam istirahat
(6)   Berusaha mandiri dalam menjawab soal-soal ulangan
(7)   Tepat waktu dalam menyelesaikan tugas/PR dari guru  
2)      Motivasi ekstrinsik, dengan indicator sebagai berikut:
a)      Adanya penghargaan (pujian dan hadiah)
       Menurut Djamarah (1994 : 46), “pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik”. Sedangkan menurut Sardiman (2010 : 92), “hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi ….”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, sejumlah penghargaan (pujian dan hadiah) merupakan cerminan dari motivasi belajar secara ekstrinsik. Dalam hal ini, dapat dikarakteristikkan sebagai berikut:
(1)   Adanya pujian dari guru
(2)   Adanya hadiah dari guru
b)      Adanya lingkungan belajar yang kondusif
       Sebagaimana yang telah dinyatakan sebelumnya oleh Uno (2009 : 23), “adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, lingkungan belajar yang kondusif merupakan salah satu cerminan dari motivasi belajar secara ekstrinsik, dengan karakteristik sebagai berikut:
(1)   Lingkungan sekolah yang jauh dari keramaian jalan raya
(2)   Lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman
(3)   Lingkungan kelas yang selalu terjaga kebersihannya
(4)   Lingkungan kelas yang suasananya selalu tenang pada saat proses belajar mengajar berlangsung
d.      Teknik-teknik motivasi belajar
       Dalam interaksi belajar mengajar, baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik sangat penting, salah satunya untuk menumbuhkan minat (ketertarikan) siswa terhadap pembelajan.
       Dalam lingkungan sekolah, seorang guru perlu menyadari dan menguasai teknik-teknik motivasi belajar. Sebab, peran motivasi dari seorang guru sangat penting artinya bilamana ada peserta didik yang kurang berminat (tertarik) terhadap pembelajaran yang diberikan. Dengan motivasi, peserta didik akan dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatifnya, serta dapat menumbuhkan minat siswa terhadap segala bentuk kegiatan belajar.
       Ada beberapa teknik motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar peserta didik di dalam kelas, yaitu sebagai berikut:
1)      Memberi angka atau nilai
       Menurut Sardiman (2010 : 92), “angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar ....”. Sedangkan menurut Uno (2009 : 34), “menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan. Pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan motif belajar siswa”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan mengetahui angka atau nilai sebagai simbol dari hasil interaksi belajar siswa, dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk selalu belajar.
2)      Memberi hadiah
       Menurut Djamarah (2008 : 160), “hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan/cenderamata”. Sedangkan menurut Sardiman (2010 : 92), “hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi ….”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan adanya hadiah sebagai penghargaan atas hasil belajar yang dicapai siswa, dapat mendorong siswa untuk terus belajar agar mendapat hadiah tersebut.    
3)      Adanya suasana kompetisi (persaingan)
Uno (2009 : 37) menyatakan bahwa:
… Suasana persaingan ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain. Lain dari pada itu, belajar dengan bersaing menimbulkan upaya belajar yang sungguh-sungguh. Di sini digunakan pula prinsip keinginan individu untuk selalu lebih baik dari orang lain.

       Selanjutnya, menurut Sardiman (2010 : 93), “saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan adanya suatu kondisi lingkungan belajar yang kompetitif, siswa yang satu akan terdorong untuk berprestasi lebih baik dari siswa lainnya.
4)      Menumbuhkan kesadaran akan harga diri (ego-involvement)
       Menurut Sardiman (2010 : 93), “menumbuhkan kesadaran kepada siawa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri ….”. Sedangkan menurut Djamarah (2008 : 162), “anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan menumbuhkan kesadaran siswa akan harga dirinya, siswa akan merasakan bahwa semua tugas yang diberikan oleh guru adalah sebuah tantangan untuk mempertahankan harga dirinya. Maka disinilah motivasi belajar siswa akan mulai tumbuh.  
5)      Memberi ulangan
       Menurut Sardiman (2010 : 93), “para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan”. Sedangkan menurut Djamarah (2008 : 163), “ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan memberi ulangan, siswa akan terdorong belajar lebih giat untuk menghadapi ulangan tersebut.
6)      Memberi pujian (penghargaan verbal) 
       Menurut Uno (2009 : 34), “pernyataan secara verbal terhadap prilaku yang baik atau hasil kerja atau hasil belajar siswa yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar siswa kepada hasil belajar yang baik”. Sedangkan menurut Sardiman (2010 : 94), “pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan memberi pujian, siswa akan terdorong untuk berprestasi lebih baik. Disamping dapat membuat siswa senang, pujian juga mengandung makna interaksi antara guru dengan siswa.  
7)      Memberi hukuman
       Menurut Sardiman (2010 : 94), “hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi”. Sedangkan menurut Djamarah (2008 : 165) “… hukuman yang diberikan kepada anak didik yang melanggar peraturan atau tata tertib sekolah dapat menjadi alat motivasi dalam rangka meningkatkan prestasi belajar”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan memberi hukuman, siswa akan terdorong untuk berprilaku lebih baik untuk menghindari hukuman tersebut. Namun, perlu digaris bawahi di sini bahwa tidak semua hukuman dapat berdampak positif bagi siswa. Hukuman akan berdampak negatif, apabila diberikan pada situasi dan kondisi yang kurang tepat.
8)      Menumbuhkan hasrat untuk belajar
       Menurut Djamarah (2008 : 165), “hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar”. Sedangkan menurut Sardiman (2010 : 94), “hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan menumbuhkan hasrat siswa untuk belajar, maka siswa akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
9)      Menumbuhkan minat untuk belajar
       Menurut Sardiman (2010 : 94-95), “… motivasi sangat erat kaitannya dengan unsur minat. Motivasi itu muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok”. Sedangkan menurut Djamarah (2008 : 166), “minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan menumbuhkan minat siswa untuk belajar, maka siswa akan mendapat hasil belajar yang lebih baik, karena antara motivasi dan minat merupakan dua unsur yang sama-sama muncul akibat adanya kebutuhan tertentu.
10)  Mengetahui tujuan
        Menurut Uno (2009 : 36), “makin jelas tujuan yang akan dicapai, makin terarah upaya untuk mencapainya”. Sedangkan menurut Sardiman (2010 : 95), “rumusan tujuan yang diakui akan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar”.
        Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan adanya tujuan, kegiatan belajar siswa akan lebih terarah dan apabila tujuan tersebut dirasa sangat berguna, maka siswa akan terdorong untuk terus belajar untuk mencapai tujuan tersebut.
3.      Korelasi Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa
Djamarah (1994 : 40-41) menyatakan bahwa:
       Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik diperlukan untuk mendorong siswa agar tekun melakukan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan bila ada diantara siswa yang kurang berminat meengikuti pelajaran dalam jangka waktu tertentu. Peranan motivasi ekstrinsik cukup besar untuk membimbing siswa dalam belajar. Hal ini perlu disadari oleh guru.

       Selanjutnya menurut Sardiman (2010 : 145), “peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri”.
Lebih lanjut dinyatakan kembali oleh Djamarah (1994 : 41) bahwa:
Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat merugikan prestasi belajar siswa dalam kondisi tertentu. Interaksi belajar mengajar menjadi kurang harmonis. Tujuan pendidikan dan pengajaran pun tidak akan tercapai dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu, pemahaman mengenai kondisi kejiwaan/psikologis siswa sangat diperlukan guna mengetahui gejala apa yang sedang dihadapi siswa sehingga gairah belajarnya menurun.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat difahami bahwa peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Namun dalam kenyataannya, masih banyak guru yang salah menggunakan teknik-teknik motivasi dalam memotivasi siswa untuk belajar. Hal tersebut disebabkan karena guru kurang menguasai kondisi kejiwaaan dari masing-masing siswa. Oleh karena itu, kompetensi yang variatif mutlak dimiliki oleh seorang guru sebagai kecakapan, kemampuan, atau keterampilan dalam mengelola kegiatan pendidikan pada umumnya dan meningkatkan motivasi belajar siswa pada khususnya.    
B.     Hasil Penelitian Yang Relevan
       Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kompetensi mengajar guru dan motivasi belajar siswa yang telah dilakukan, akan digunakan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1.      Penelitian yang dilakukan oleh Nursalim (2008), dengan judul “Korelasi Pengelolaan Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 8 Pujut Tahun Pelajaran 2008/2009”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi pengelolaan kelas dengan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 8 Pujut tahun pelajaran 2008/2009”.
2.      Penelitian yang dilakukan oleh Hodijah, (2009), dengan judul “Hubungan Antara Intensitas Komunikasi Guru Dan Siswa Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VI SD Kalimulya 1 Depok Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara intensitas komunikasi guru dan siswa dengan motivasi belajar siswa kelas VI SD Kalimulya 1 Depok tahun ajaran 2009/2010”.
3.      Artikel ilmiah yang ditulis oleh Sutrisno (2010), dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. “berdasarkan Hasil kajian secara teoritis dan kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dari metode pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa”.
       Beranjak dari hasil penelitian di atas, dapat difahami bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan kemampuan guru dalam mengajar, sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa. Berarti dalam hal ini, terdapat hubungan sebab akibat antara kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar siswa. Selanjutnya, dalam penelitian ini, akan dikaji lebih lanjut tentang kompetensi-kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
C.    Kerangka Berpikir
       Secara teoritis, dalam pendidikan dan pengajaran, seorang guru tidak hanya berperan sebagai administrator, demonstrator, supervisor, dan evaluator, tetapi seorang guru juga harus berperan sebagai motivator. Namun, tidak semua guru dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Hal ini disadari bahwa setiap guru mempunyai tingkat penguasaan kompetensi mengajar yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang pendidikan dan perbedaan pengalaman mengajar. Tidak jarang, seorang guru yang ingin membangkitkan motivasi belajar siswanya, justru sebaliknya siswa tidak termotivasi sedikitpun untuk belajar dan bahkan guru tersebut dibenci oleh siswa. Sebagai contoh, seorang guru yang memaksa siswanya untuk belajar melalui kekerasan atau dengan memukulnya, tidak akan pernah berhasil melaksanakan tugasnya dalam mengajar.
       Untuk mencari kebenaran tentang teori di atas, maka dalam penelitian ini, dirumuskan permasalahan yang kemudian akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data di lapangan. Rumusan masalah tersebut adalah Apakah Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011?.
       Untuk menjawab masalah di atas, maka diperlukan data-data yang akurat, mengenai variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel yang mempengaruhi (variabel bebas) adalah kompetensi mengajar guru dan yang menjadi variabel yang dipengaruhi (variabel terikat) adalah motivasi belajar siswa.
       Sementara itu, untuk mendapatkan data-data mengenai variabel penelitian, dibutuhkan teknik pengumpulan data. Sehubungan dengan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket/kuesioner sebagai metode pokok dan metode observasi dan pencatatan dokumen sebagai metode pelengkap.
       Kemudian data-data yang sudah dikumpulkan, dianalisis agar bermanfaat untuk menjawab masalah penelitian. Sehubungan dengan penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah tekinik analisis statistik dengan rumus koefisien korelasi product moment.
       Hasil analisis data kemudian ditindak lanjuti dalam bentuk laporan hasil penelitian, sebagai jawaban akhir dari masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. 
D.    Hipotesis Penelitian
       Menurut Sugiyono (2010 : 64), “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Sedangkan menurut Azwar (2007 : 49), “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hipotesis menurut peneliti adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau pertanyaan penelitian.
       Sehubungan dengan penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi : “Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011”.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Rancangan Penelitian
       Menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006 : 105), “desain penelitian atau rancangan penelitian pada dasarnya adalah strategi untuk memperoleh data yang dipergunakan untuk menguji hipotesa”. Sedangkan menurut Sugiyono (2005 : 324), “rancangan penelitian dapat diartikan sebagai pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diteliti oleh peneliti  untuk melakukan penelitiannya”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah suatu pedoman yang berisikan langkah-langkah yang disusun secara sistematis dalam melaksanakan penelitian. Selanjutnya, sehubungan dengan penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian empiris, karena objek-objek yang akan diteliti sudah ada secara wajar, baik berupa objek tentang kompetensi mengajar guru maupun objek tentang motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
       Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian ini, maka dibuat konseptual rancangan penelitian, yaitu sebagai berikut:

Variabel Bebas (X)
Kompetensi Mengajar Guru
Variabel Terikat (Y)
Motivasi Belajar Siswa
Indikator
Komponen-komponen Kompetensi Mengajar Guru:
1.      Kompetensi Kepribadian
2.      Kompetensi Paedagogik
3.      Kompetensi Profesional
4.      Kompetensi Sosial
Indikator
Macam-macam Motivasi Belajar:
1.      Motivasi instrinsik:
a.       Adanya Kebutuhan Untuk Berhasil
b.      Adanya Minat (Ketertarikan) Terhadap Pembelajaran
2.      Motivasi ekstrinsik:
a.       Adanya penghargaan (pujian dan hadiah)
b.      Adanya lingkungan yang kondusif
Metode Pengumpulan Data
Angket
Metode Pengumpulan Data
Angket
Data
Data


Analisa Data
Koefisien Korelasi Product Moment




Kesimpulan

Gambar 3.1. Konseptual Rancangan Penelitian Tentang Korelasi Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa.


B.     Populasi Dan Sampel Penelitian
1.      Populasi Penelitian
       Menurut Sugiono (2010 : 80), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006 : 180), “ … yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi pusat perhatian penelitian dan tempat untuk menggeneralisasikan temuan penelitian”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subyek maupun obyek penelitian yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Selanjutnya, sehubungan dengan penelitian ini, yang menjadi populasi adalah guru yang mengajar dan siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
2.      Sampel Penelitian
       Menurut Furqon (2009 : 146) “ … secara sederhana dapat dikatakan bahwa suatu sampel [adalah] bagian dari suatu populasi”. Sedangkan menurut Azwar (2007 : 79) “sampel adalah sebagian dari populasi”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah populasi. Selanjutnya, sehubungan dengan penelitian ini, karena pertimbangan jumlah guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011 relatif sedikit yaitu berjumlah 36 orang guru, maka diambil secara keseluruhan (teknik populasi). Sedangkan untuk siswa, karena pertimbangan jumlah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011 yang banyak, maka diambil sebagian (teknik sampel) yang dalam hal ini menggunakan teknik proportional random sampling dengan ukuran sampel 15% dari jumlah populasi, sehingga sampel berjumlah 36 orang siswa.                
C.    Instrumen penelitian
       Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu kegiatan penelitian, maka diperlukan alat atau instrumen penelitian yang disusun sedemikian rupa agar dapat secara tepat mengungkap data yang diinginkan. Dalam menyusun instrumen, peneliti menempuh langkah-langkah mulai dari perencanaan, penyusunan, dan evaluasi (mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing sehingga instrumen tersebut dapat dianggap valid dan reliabel).
       Menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006 : 139), “instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel dalam rangka mengumpulkan data”. Sedangkan menurut Sugiyono (2010 : 102),  “… instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena  alam dan sosial. Secara spesifik semua fenomena ini di sebut variabel penelitian”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Selanjutnya, sehubungan dengan penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang variabel penelitian adalah instrumen angket/kuesioner. Angket/kuesioner yang dimaksud adalah angket/kuesioner untuk mendapatkan data tentang kompetensi mengajar guru dan angket/kuesioner untuk mendapatkan data tentang motivasi belajar siswa.
       Untuk lebih jelasnya, tentang instrumen angket/kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan diuraikan secara mendalam, yaitu sebagai berikut: 
1.      Angket/Kuesioner Kompetensi Mengajar Guru
       Data tentang kompetensi mengajar guru, diungkap melalui instrumen angket/kuesioner yang diberikan kepada 36 orang guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011. Instrumen angket/kuesioner ini disusun berdasarkan indikatornya berupa komponen-komponen kompetensi mengajar guru, yang meliputi:
a.       Kompetensi kepribadian, yang mencakup:
1)      Kepribadian yang mantap dan stabil
2)      Kepribadian yang dewasa
3)      Kepribadian yang arif dan  bijaksana
4)      Kepribadian yang berwibawa
5)      Kepribadian tentang evaluasi diri dan pengembangan diri
b.      Kompetensi paedagogik, yang mencakup:
1)      Memahami keseragaman dan potensi peserta didik
2)      Mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran
3)      Mampu melakukan evaluasi hasil belajar
4)      Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik
c.       Kompetensi professional, yang mencakup:
1)      Memahami materi ajar yang akan diajarkan
2)      Menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan
3)      Menguasai media pembelajaran
d.      Kompetensi sosial, yang mencakup:
1)      Mampu berinteraksi secara efektif dengan peserta didik
2)      Mampu berinteraksi secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan
3)      Mampu berinteraksi secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar
       Selanjutnya, instrumen angket/kuesioner tentang kompetensi mengajar guru, berjumlah 30 (tiga puluh) item pertanyaan dengan 3 (tiga) alternatif jawaban dan skor masing-masing, yaitu : untuk alternatif jawaban “ya” diberi skor 3 (tiga), untuk alternatif jawaban “kadang-kadang diberi skor 2 (dua), dan untuk alternatif jawaban “tidak” diberi skor 1 (satu). Dalam instrumen angket/kuesioner ini, responden harus menjawab dengan memberikan tanda check list (√) pada salah satu kolom alternatif jawaban yang dipilih.   
2.      Angket/Kuesionar Motivasi Belajar Siswa
       Data tentang motivasi belajar dalam penelitian ini, diungkap melalui instrumen angket/kuesioner yang diberikan kepada 36 orang siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011. Instrumen angket/kuesioner ini, disusun berdasarkan indikatornya berupa macam-macam motivasi belajar, yang meliputi:
a.       Motivasi instrinsik, yang mencakup:
1)      Adanya kebutuhan untuk berhasil
2)      Adanya minat atau (ketertarikan) terhadap pembelajaran
b.      Motivasi ekstrinsik, yang mencakup:
1)      Adanya penghargaan (pujian dan hadiah)
2)      Adanya lingkungan yang kondusif
       Selanjutnya, instrumen angket/kuesioner tentang motivasi belajar siswa, berjumlah 30 (tiga puluh) item pertanyaan dengan 3 (tiga) alternatif jawaban dan skor masing-masing, yaitu : untuk alternatif jawaban “ya” diberi skor 3 (tiga), untuk alternatif jawaban “kadang-kadang” diberi skor 2 (dua), dan untuk alternatif jawaban “tidak” diberi skor 1 (satu). Dalam instrument angket/kuesioner ini, responden harus menjawab dengan memberikan tanda check list (√) pada  salah satu kolom alternatif jawaban yang dipilih.
D.    Teknik Pengumpulan Data
       Menurut Subagyo (2006 : 38), “pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dengan memperhatikan penggarisan yang telah ditentukan”. Sedangkan menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006 : 179), “pengumpulan data merupakan upaya sistematis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian dan settingnya”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah strategi yang sistematis untuk mendapatkan informasi mengenai variabel penelitian. Selanjutnya, sehubungan dengan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket/kuesioner sebagai metode pokok dan metode observasi dan metode pencatatan dokumen sebagai metode pelengkap.
       Untuk lebih jelasnya tentang teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, maka akan di uraian secara mendalam, yaitu sebagai berikut:
1.      Metode Angket/Kuesioner
a.       Pengertian metode angket/kuesioner
       Menurut Narbuko dan Achmadi (2009 : 76), “metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti”. Sedangkan menurut Sugiyono (2010 : 142), “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode angket/kuesioner dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk dijawab, dalam upaya mendapatkan informasi tentang pribadinya dan orang lain. Selanjutnya, sehubungan dengan penelitian ini, metode angket/kuesioner merupakan metode pokok yang digunakan untuk mendapatkan informasi atau data tentang kompetensi mengajar guru dan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
b.      Jenis-jenis metode angket/kuesioner
1)      Menurut strukturnya
       Menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006 : 149), “menurut strukturnya, angket dibedakan menjadi : a) Angket tidak terstruktur. Angket ini merupakan pertanyaan yang memerlukan jawaban yang berisi suatu uraian; b) Angket terstruktur. Pada angket ini, semua pertanyaan telah ditentukan jawabannya dan responden memilihnya dari jawaban yang tersedia; c) Angket semi terstruktur. Angket ini merupakan gabungan dari angket tidak terstruktur dan angket terstruktur”.
       Berdasarkan pendapat di atas, jika dilihat dari strukturnya, angket/kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/kuesioner terstruktur, karena semua pertanyaan telah ditentukan jawabannya oleh peneliti, responden hanya memilih salah satu dari alternatif jawaban tersebut.
2)      Menurut jawabannya
       Menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006 : 150), “menurut jawabannya, angket dibedakan menjadi : a) Angket langsung. Angket langsung adalah angket yang jawabannya diberikan sendiri oleh responden tentang dirinya sendiri; b) Angket tidak langsung. Angket ini, jawabannya diberikan oleh orang lain yang mewakili responden.
       Berdasarkan pendapat di atas, jika dilihat dari jawabannya, angket/kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/kuesioner langsung, karena jawaban angket diberikan sendiri oleh responden tentang dirinya sendiri.
3)      Menurut bentuk pertanyaannya
Sandjaja dan Heriyanto (2006 : 151) menyatakan bahwa:
Menurut bentuk pertanyaannya, angket dibedakan menjadi:
a)      Angket berbentuk isian. Angket ini biasa digunakan dalam angket terbuka pada angket tidak terstruktur.
b)      Angket berbentuk pilihan merupakan angket tertutup pada angket terstruktur.
c)      angket berbentuk check list. Pada angket seperti ini, pertanyaan-pertanyaannya harus dijawab responden dengan memberikan tanda check pada jawaban yang dipilihnya.
d)     Angket yang mempergunakan skala. Angket jenis ini dibedakan lagi menjadi beberapa jenis seperti misalnya, rating scale (likert scale), sum of scale, verbal frequency scale, forced ranking scale, semantic differencial scale, dan adjective check list scale.

       Berdasarkan pendapat di atas, jika dilihat dari bentuk pertanyaannya, angket/kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/kuesioner berbentuk check list (), karena kolom-kolom pertanyaan harus dijawab oleh responden dengan memberikan tanda check list () pada salah satu kolom alternatif jawaban yang dipilihnya.
2.      Metode Observasi
a.       Pengertian metode observasi
       Menurut Subagyo (2006 : 63), “observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan”. Sedangkan menurut Sugiyono (2010 : 145), “teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode observasi dalam penelitian ini adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengamati gejala-gejala yang timbul dilapangan mengenai variabel yang akan diteliti. Selanjutnya, sehubungan dengan penelitian ini, metode observasi merupakan metode pelengkap yang digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang timbul di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011 mengenai kompetensi mengajar guru dan motivasi belajar siswa.
b.      Jenis-jenis metode observasi
Sugiyono (2010 : 145) menyatakan bahwa:
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi peran serta) dan non participant observation….
1)      Observasi peran serta (participant observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
2)      Observasi non partisipan
Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

       Berdasarkan pendapat di atas, jika dilihat dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, jenis metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan karena peneliti tidak terlibat langsung dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sehari-hari oleh guru dan siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, peneliti hanya melihat dan membayangkan gejala-gejala yang timbul pada saat observasi dilakukan.
3.      Metode pencatatan dokumen
a.       Pengertian metode pencatatan dokumen
       Menurut Riyanto (2001 : 104), “dokumen adalah setiap bahan tertulis maupun film yang sering digunakan untuk keperluan penelitian”. Sedangkan menurut Arikunto (2001 : 187), “metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data atau hal-hal yang berupa catatan transkrip”.
       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode pencatatan dokumen dalam penelitian ini adalah suatu cara untuk mendapatkan data yang berupa bahan tertulis yang digunakan untuk keperluan penelitian. Selanjutnya, sehubungan dengan penelitian ini, metode pencatatan dokumen merupakan metode pelengkap yang digunakan untuk mencatat informasi atau data tentang jumlah guru yang mengajar dan jumlah siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
b.      Jenis-jenis dokumen
       Pada umumnya, dokumen dibagi menjadi dua, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi.
       Menurut Riyanto (2001 : 104), “dokumen pribadi berisi catatan yang bersifat pribadi sedangkan dokumen resmi berisikan catatan yang bersifat formal”.
       Berdasarkan pendapat di atas, jika dilihat dari jenisnya, dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi. Sebab, data tentang jumlah guru yang mengajar dan jumlah siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011 merupakan dokumen yang berisikan catatan yang bersifat formal.
E.     Teknik Analisis Data
       Analisis data dalam penelitian merupakan bagian dalam proses penelitian yang sangat penting, karena dengan analisis inilah data yang ada akan terlihat manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian.
       Pada umumnya, metode analisa data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.      Analisis non statistik merupakan pengolahan data tanpa menggunakan analisa statistik.
2.      Analisis statistik merupakan pengolahan data dengan menggunakan analisa statistik.
       Menurut Subagyo (2006 : 106), “pada dasarnya analisis adalah kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu hipotesa”. Sedangkan menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006 : 211), “analisa adalah tahap akhir dari mata rantai penelitian”.
Selanjutnya, Sevilla dkk (2006 : 232) menyatakan bahwa:  
Salah satu metode analisis data yang lebih efesien dan efektif dalam hubungannya dengan tujuan penelitian adalah menggunakan teknik statistika. Statistika efesien karena menyediakan struktur sisematis dalam pengorganisasian data penelitian dan juga menghendaki sumber-sumber minimum dalam mencapai tujuan penelitian. Adalah sangat singkat, kita hanya memerlukan dua hal : pengetahuan tentang berbagai uji statistika yang cocok, dan sebuah kalkulator.

       Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan analisis data dalam penelitian ini adalah tahap akhir dari kegiatan penelitian yang ditandai dengan adanya pengujian kebenaran dan ketidak benaran suatu hipotesa. Selanjutnya, sehubungan dengan penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik dengan rumus koefisien korelasi product moment, yaitu sebagai berikut:
Keterangan : rxy   =   Koefisien korelasi antara variabel x dan y, dua variabel yang dikorelasikan.
xy    =   Product dari hasil x kali y.
    =   Kuadrat dari x
    =   Kuadrat dari y
xy  =  Jumlah perkalian x dengan y. (Arikunto, 2009 : 70).
       Lebih lanjut, diterangkan bahwa dalam penelitian ini, yang menjadi variabel yang mempengaruhi (variabel X) adalah kompetensi mengajar guru dan yang menjadi variabel yang dipengaruhi (variabel Y) adalah motivasi belajar siswa.
     
 Selanjutnya, langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Merumuskan hipotesis nihil (Ho)
2.      Membuat tabel kerja
3.      Memasukkan data ke dalam rumus koefisien korelasi  product moment
4.      Menguji signifikansi rxy (rhitung)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Data
       Untuk memperoleh data hasil penelitian tentang korelasi antara kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, ada beberapa langkah yang ditempuh oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
1.      Persiapan Penelitian
       Sebelum penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, terlebih dahulu peneliti mempersiapkan hal-hal yang dapat memperlancar dalam pelaksanaan penelitian. Adapun hal tersebut, yaitu sebagai berikut:
a.       Permohonan surat izin penelitian ke BAAK IKIP Mataram
       Langkah awal, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Biro Akademik dan Kemahasiswaan IKIP Mataram, yang ditindak lanjuti dengan nomor surat : 175/B. 02/FIP/IKIP-Mtr/2011, yang direkomendasikan oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram pada tanggal 09 Februari 2011. Selanjutnya, surat permohonan izin mengadakan penelitian tersebut ditujukan kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Sumbawa Besar, untuk direkomendasikan lebih lanjut.
b.      Rekomendasi surat izin mengadakan penelitian dari BAPPEDA
Langkah selanjutnya, peneliti mengajukan rekomendasi surat izin penelitian dari Biro Akademik dan Kemahasiswaan IKIP Mataram kepada BAPPEDA Kota Sumbawa Besar yang kemudian ditindak lanjuti dengan nomor surat : 070/076/PPS pada tanggal 14 Februari 2011 yang ditembuskan kepada : 1) Bupati Sumbawa di Sumbawa Besar, 2) Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa di Sumbawa Besar, 3) Kepala SMP Negeri 1 Alas di Alas, dan 4) Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram di Mataram.
c.       Tindak lanjut surat izin mengadakan penelitian dari BAPPEDA
       Setelah mendapat rekomendasi surat izin mengadakan penelitian dari BAPPEDA Kota Sumbawa Besar, langkah selanjutnya surat izin tersebut peneliti sampaikan kepada :  1) Bupati Sumbawa di Sumbawa Besar, 2) Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa di Sumbawa Besar, 3) Kepala SMP Negeri 1 Alas di Alas, dan 4) Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram di Mataram.
       Sebelum memulai penelitian di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, terlebih dahulu peneliti mengadakan konsultasi dengan kepala SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa, sehubungan dengan pelaksanaan penelitian.
d.      Mempersiapkan instrumen penelitian
      Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang variabel yang mempengaruhi (variabel X) yaitu kompetensi mengajar guru dan variabel yang dipengaruhi (variabel Y) yaitu motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011 adalah instrument angket/kuesioner.
       Selanjutnya, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti mempersiapkan instrumen angket/kuesioner yang sedemikian rupa sehingga mampu mengungkap data sesuai dengan variabel penelitian. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam mempersiapkan instrumen angket/kuesioner, yaitu sebagai berikut:
1)      Perencanaan, yaitu kegiatan merumuskan kisi-kisi instrumen angket/kuesioner berdasarkan indikator dari masing-masing variabel penelitian.
2)      Penyusunan, yaitu membuat item-item pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi instrumen angket/kuesioner yang telah dirumuskan sebelumnya.
3)      Evaluasi, yaitu mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing skripsi I dan II, agar instrumen angket/kuesioner dapat dianggap valid dan reliabel dalam mengungkap data tentang variabel penelitian.
2.      Pelaksanaan penelitian
       Untuk mendapatkan data tentang variabel yang mempengaruhi (variabel X) yaitu kompetensi mengajar guru dan variabel yang dipengaruhi (variabel Y) yaitu motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Rekapitulasi subyek penelitian
       Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek variabel yang mempengaruhi (variabel X) atau variabel kompetensi mengajar guru adalah semua guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011 yaitu berjumlah 36 orang guru dan yang menjadi subyek variabel yang dipengaruhi (variabel Y) atau variabel motivasi belajar siswa adalah sebagian dari siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011 yaitu berjumlah 36 orang siswa.
       Untuk lebih jelasnya mengenai subyek dalam penelitian ini, maka dapat dilihat pada lampiran 5.
b.      Pengumpulan data
       Setelah merekapitulasi jumlah subyek penelitian, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah kegiatan pengumpulan data. Dalam kegiatan pengumpulan data, peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Penyebaran angket/kuesioner
       Langkah awal yang ditempuh oleh peneliti dalam mengumpulkan data tentang variabel penelitian adalah kegiatan penyebaran angket/kuesioner. Angket/kuesioner yang dimaksud adalah angket/kuesioner kompetensi mengajar guru (variabel X) atau yang disebarkan kepada subyek guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011 dan angket/kuesioner motivasi belajar siswa (variabel Y) yang disebarkan kepada subyek siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
       Kegiatan penyebaran angket/kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 17 sampai 18 Februari 2011, dengan diberikan langsung kepada semua subyek penelitian yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti. Dalam kegiatan ini, peneliti dibantu oleh salah seorang guru (Wakasek Manajemen) dan salah seorang pegawai TU (Bendahara Rutin dan BOS) SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.    
2)      Penarikan angket/kuesioner
Setelah angket/kuesioner disebarkan kepada semua subyek penelitian, langkah selanjutnya adalah kegiatan penarikan angket/kuesioner. Kegiatan penarikan angket/kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 21 s/d 23. Kegiatan ini berjalan dengan lancar, karena sebagian besar dari subyek penelitian secara langsung menyerahkan sendiri angket/kuesioner yang sudah dijawab kepada peneliti.
3)      Rekapitulasi skor angket/kuesioner
       Setelah semua angket terkumpul, langkah terakhir dari kegiatan pengumpulan data adalah kegiatan rekapitulasi skor angket/kuesioner.
       Dari angket/kuesioner yang disebarkan kepada semua subyek penelitian, diperoleh skor angket/kuesioner sebagaimana disajikan dalam tabel sebagai berikut:


     Tabel 4. 1. Rekapitulasi Skor Angket/Kuesioner Kompetensi Mengajar Guru (Variabel X)

No.
Kode Subjek
Skor Angket/kuesioner kompetensi mengajar guru (variabel X)
(1)
(2)
(3)
1.
A
87
2.
B
87
3.
C
85
4.
D
86
5.
E
83
6.
F
83
7.
G
88
8.
H
90
9.
I
89
10.
J
87
11.
K
90
12.
L
88
13.
M
90
14.
N
87
15.
O
84
16.
P
83
17.
Q
80
18.
R
87
19.
S
88
20.
T
87
21.
U
82
22.
V
82
23.
W
88
24.
X
85
25.
Y
81
26.
Z
79
27.
AA
89
28.
AB
89
29.
AC
87
30.
AD
82
31.
AE
84
32.
AF
84
33.
AG
84
34.
AH
79
35.
AI
83
36.
AJ
83
Jumlah
3070
Rata-rata
85.28
 
     Tabel 4. 2. Rekapitulasi Skor Angket/Kuesioner Motivasi Belajar Siswa (Variabel Y)

No.
Kode Subjek
Skor Angket/kuesioner Motivasi Belajar Siswa (Variabel Y)
(1)
(2)
(3)
1.
A
87
2.
B
88
3.
C
83
4.
D
89
5.
E
79
6.
F
84
7.
G
88
8.
H
87
9.
I
87
10.
J
87
11.
K
89
12.
L
87
13.
M
87
14.
N
81
15.
O
81
16.
P
79
17.
Q
83
18.
R
83
19.
S
88
20.
T
85
21.
U
79
22.
V
78
23.
W
87
24.
X
81
25.
Y
82
26.
Z
79
27.
AA
88
28.
AB
89
29.
AC
88
30.
AD
76
31.
AE
81
32.
AF
83
33.
AG
89
34.
AH
83
35.
AI
73
36.
AJ
78
Jumlah
3016
Rata-rata
83.78

3.      Analisis Data
       Kegiatan analisis data dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian  ini.
       Langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam kegiatan analisis data adalah sebagai berikut:
a.       Merumuskan hipotesis nihil (Ho)
Langkah awal kegiatan analisis data dalam penelitian ini adalah merumuskan hipotesis nihil (Ho). Sehubungan dengan penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi : “Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011”, jika diubah menjadi hipotesis nihil (Ho), maka akan berbunyi : “Tidak Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011”.
b.      Membuat tabel kerja
Langkah selanjutnya setelah merumuskan hipotesis nihil (Ho) adalah membuat tabel kerja. Tabel kerja dibuat berdasarkan skor angket/kuesioner dari masing-masing subyek penelitian, sebagaimana yang telah disajikan pada tabel 4. 1 dan tabel 4. 2. Tabel kerja yang dimaksud adalah sebagai berikut:

     Tabel 4. 3. Tabel Kerja Untuk Mengetahui Ada Tidaknya Korelasi Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011

No.
K. Subjek
X
Y
x
y
x2
y2
x.y
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1.
A
87
87
1.72
3.22
2.96
10.37
5.54
2.
B
87
88
1.72
4.22
2.96
17.81
7.26
3.
C
85
83
-0.28
-0.72
0.08
0.61
0.22
4.
D
86
89
0.72
5.22
0.52
27.25
3.76
5.
E
83
79
-2.28
-4.78
5.20
22.85
10.90
6.
F
83
84
-2.28
0.22
5.20
0.05
-0.50
7.
G
88
88
2.72
4.22
7.40
17.81
11.48
8.
H
90
87
4.72
3.22
22.28
10.37
15.20
9.
I
89
87
3.72
3.22
13.84
10.37
11.98
10.
J
87
87
1.72
3.22
2.96
10.37
5.54
11.
K
90
89
4.72
5.22
22.28
27.25
24.64
12.
L
88
87
2.72
3.22
7.40
10.37
8.76
13.
M
90
87
4.72
3.22
22.28
10.37
15.20
14.
N
87
81
1.72
-2.78
2.96
7.73
-4.78
15.
O
84
81
-1.28
-2.78
1.64
7.73
3.56
16.
P
83
79
-2.28
-4.78
5.20
22.85
10.90
17.
Q
80
83
-5.28
-0.78
27.88
0.61
4.12
18.
R
87
83
1,72
-0.78
2.96
0.61
-1.34
19.
S
88
88
2.72
4.22
7.40
17.81
11.48
20.
T
87
85
1.72
1.22
2.96
1.49
2.10
21.
U
82
79
-3.28
-4.78
10.76
22.85
15.68
22.
V
82
78
-3.28
-5.78
10.76
33.41
18.96
23.
W
88
87
2.72
3.22
7.40
10.37
8.76
24.
X
85
81
-0.28
-2.78
0.08
7.73
0.78
25.
Y
81
82
-4.28
-1.78
18.32
3.17
7.62
26.
Z
79
79
-6.28
-4.78
39.44
22.85
30.02
27.
AA
89
88
3.72
4.22
13.84
17.81
15.70
28.
AB
89
89
3.72
5.22
13.84
27.25
19.42
29.
AC
87
88
1.72
4.22
2.96
17.81
7.26
30.
AD
82
76
-3.28
-7.78
10.76
60.53
25.52
31.
AE
84
81
-1.28
-2.78
1.64
7.73
3.56
32.
AF
84
83
-1.28
-0.78
1.64
0.61
1.00
33.
AG
84
89
-1.28
5.22
1.64
27.25
-6.68
34.
AH
79
83
-6.28
-0.78
39.44
0.61
4.90
35.
AI
83
73
-2.28
-10.78
5.20
116.21
24.58
36.
AJ
83
78
-2.28
-5.78
5.20
33.41
13.18
Jumlah
3070
3016
0
0
349.28
644.28
336.28
Rata-rata
85.28
83.78






c.       Memasukkan data ke dalam rumus koefisien korelasi  product moment
       Setelah tabel kerja dibuat, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan data ke dalam rumus koefisien korelasi  product moment. Berdasarkan tabel kerja di atas, diketahui nilai x2 = 349,28;
y2 = 644,28; dan x.y = 336,28
       Selanjutnya, nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus koefisien korelasi product moment untuk mendapatkan nilai rxy (rhitung), yaitu sebagai berikut:
d.      Menguji signifikansi nilai rxy (rhitung)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui nilai rhitung sebesar 0,709. Selanjutnya, nilai tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtabel product moment pada taraf signifikansi 5% dengan N=36, maka diperoleh nilai rtabel product moment sebesar 0,329. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel product moment atau 0,709 > 0,329. Dengan demikian, hasil analisis data dalam penelitian ini dinyatakan signifikan.
B.     Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis data di atas, diketahui nilai rhitung sebesar 0,709. Selanjutnya, nilai tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtabel product moment pada taraf signifikansi 5% dengan N=36, maka diperoleh nilai rtabel product moment sebesar 0,329. Kenyataan tersebut, menunjukkan bahwa nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel product moment atau 0,709 > 0,329. Dengan demikian, hasil analisis data dalam penelitian ini dinyatakan signifikan. Jadi, hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi : “Tidak Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011” ditolak dan sebaliknya hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan dalam penelitian ini yang berbunyi : “Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011” diterima.
C.    Pembahasan
        Berdasarkan hasil analisis data yang dipaparkan di atas, diketahui bahwa nilai rhitung lebih besar dari  rtabel atau 0,709 > 0,329. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hasil analisis data dalam penelitian ini dinyatakan signifikan. Dengan demikian, hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi : “Tidak Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011” ditolak dan sebaliknya hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan dalam penelitian ini, yang berbunyi : “Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011” diterima.
        Selanjutnya, berdasarkan pedoman pemberian interpretasi koefisien korelasi, nilai rxy yang sebesar 0,709 jatuh pada kategori hubungan yang kuat. Jadi, ada hubugan yang kuat antara kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar siswa atau dengan kata lain, semakin tinggi kualitas kompetensi guru dalam mengajar maka semakin tinggi kualitas motivasi siswa dalam belajar dan juga sebaliknya, semakin rendah kualitas kompetensi guru dalam mengajar maka motivasi siswa dalam belajar semakin rendah.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dalam bab IV, diketahui bahwa hasil analisis data dinyatakan signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa “Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B.     Saran
1.      Kepada Guru
Sebagai tenaga pendidik yang profesional, seorang guru senantiasa harus menguasai kompetensi yang variatif dalam mengajar. Dengan adanya penguasaan kompetensi yang variatif dalam mengajar, diharapkan seorang guru dapat mendorong siswa untuk terus belajar sesuai dengan karakteristik dan potensi dari masing-masing siswa.     
2.      Kepada Siswa
Motivasi merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam proses belajar. Sebab, siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin dapat melakukan aktifitas belajar dengan maksimal. Siswa yang memiliki motivasi, cendrung akan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Untuk mendapatkan semua itu, tidak ada cara lain yang lebih tepat selain belajar.
3.      Kepada Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah, hendaknya selalu memberikan pembinaan yang intensif kepada guru-guru, sehingga guru-guru mampu mengembangkan potensi diri secara optimal.
4.      Kepada Peneliti
Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menjadikan karya ilmiah ini sebagai bahan perbandingan untuk meneliti lebih lanjut tentang hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian ini.