KORELASI ANTARA
KOMPETENSI MENGAJAR GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 1 ALAS
KABUPATEN SUMBAWA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun Oleh : AFIFUDDIN,S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa di berbagai aspek kehidupan manusia, maka salah satu alat yang ampuh
untuk mencapai tujuan tersebut ialah pendidikan. Sebagai alat untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan tidak sekedar dilaksanakan begitu
saja oleh pendidik atau orang dewasa lainnya, melainkan dilakukan secara sadar
dan terencana menurut kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
Menurut Isjoni (2009 : 87), “kejayaan suatu
Negara bergantung pada ilmu. Proses penyampaian ilmu itu memerlukan orang yang
benar-benar pakar dalam bidangnya”.
Dalam pendidikan dan pengajaran, guru
merupakan tenaga pendidik profesional yang memiliki tanggung jawab mentransfer
ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya, agar peserta didik mengetahui, memahami,
dan menguasai ilmu pengetahuan
yang diberikan.
Selanjutnya,
Djamarah (1994 : 32) menyatakan bahwa:
Dalam proses interaksi belajar mengajar,
guru adalah orang yang memberikan pelajaran dan siswa adalah orang yang
menerima pelajaran. Dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa, diperlukan
pengetahuan dan kecakapan atau keterampilan sebagai guru. Tanpa itu semua,
tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dapat berjalan secara kondusif.
Disinilah kompetensi dalam arti kemampuan mutlak diperlukan guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
Menurut Sagala (2009 : 17), “…standar
profesional guru mempunyai kriteria minimal berpendidikan sarjana atau diploma
empat serta dilengkapi dengan sertifikasi profesi”.
Selanjutnya, menurut Djamarah (1994 :
38) “dalam pendidikan dan pengajaran, guru tidak hanya berperan sebagai
administrator, demonstrator, pengelola kelas, mediator, fasilitator,
supervisor,dan evaluator, tetapi ia juga sebagai motivator, dan pembimbing”.
Lebih lanjut, Sardiman
(2010 : 145) menyatakan bahwa:
Peranan guru sebagai motivator ini penting
artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar
siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan
potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas),
sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas,
jelas bahwa kualitas kompetensi mengajar guru sangat berhubungan dengan
kualitas motivasi belajar siswa. Secara
sederhana, apabila kualitas kompetensi mengajar guru tinggi, maka akan
berdampak pada tingginya motivasi belajar siswa dan begitu juga sebaliknya,
jika kualitas kompetensi mengajar guru rendah, maka akan berdampak pada
rendahnya motivasi belajar siswa.
Sementara itu, gejala yang timbul di SMP
Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011 bervariasi. Variasi
yang dimaksud, bahwa ada beberapa guru yang berkompetensi tinggi dalam mengajar,
berdampak pada tingginya motivasi belajar siswa, tetapi ada juga beberapa guru yang
berkompetensi tinggi dalam mengajar, namun motivasi belajar siswa tidak berubah.
Berdasarkan uraian dan gejala-gejala di
atas, belum diketahui dengan jelas tentang ada tidaknya korelasi positif antara
kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar siswa. Hal inilah yang membuat
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : Korelasi Antara
Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 1 Alas
Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah
Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar
Siswa Di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011?”.
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : “Untuk Megetahui Ada
Tidaknya Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi
Belajar Siswa Di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran
2010/2011”.
D.
Signifikansi
Penelitian
Menurut Arikunto (2001 : 21),
“signifikansi berarti kegunaan atau manfaat”. Sedangkan menurut Surakhmad (1998
: 53), “signifikansi adalah manfaat, atau kegunaan dari penelitian sehingga
memiliki dampak positif baik ditinjau dari segi teoritis maupun praktis”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan signifikansi menurut peneliti adalah
manfaat atau kegunaan yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian baik
ditinjau dari segi teoritis maupun praktis.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka
signifikansi atau manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Signifikansi
Teoritis
a. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berharga dalam memperkaya
ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya tentang korelasi antara
kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar siswa.
b. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat merangsang penelitian lain untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut tentang hal-hal yang belum terugkap dalam penelitian
ini sebagai bahan perbandingan.
2. Signifikansi Praktis
a. Hasil
penelitian diharapkan dapat menjadi masukan positif bagi para guru, khususnya
guru di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, tentang
pentingnya kompetensi mengajar guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar
siswa.
b. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi para guru, khususnya
guru di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, dalam
upaya memberikan motivasi kepada siswanya dalam belajar.
E.
Asumsi
Penelitian
Menurut Sevilla dkk (2006 : 17-18), “asumsi adalah suatu kejadian atau situasi yang
dianggap benar, sehingga kebenarannya tidak diragukan”. Sedangkan menurut
Sugiyono (2005 : 56), “asumsi atau anggapan dasar adalah pernyataan yang
diterima kebenarannya tanpa pembuktian”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka yang dimaksud
dengan asumsi menurut peneliti adalah suatu situasi dan anggapan yang
kebenarannya tidak diragukan.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka
asumsi yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Asumsi
Teoritis
a. Standar
profesional guru mempunyai kriteria minimal berpendidikan sarjana atau diploma
empat serta dilengkapi dengan sertifikasi profesi.
b. Salah
satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas motivasi siswa dalam
belajar adalah faktor kompetensi guru dalam mengajar.
2. Asumsi
Metodik
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini, diasumsikan dapat mendukung keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian.
Adapun metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Metode
penentuan subyek penelitian dengan menggunakan studi populasi untuk subyek guru
dan studi sampel dengan teknik Proportional
Random Sampling untuk subyek siswa.
b. Teknik
pengumpulan data dengan menggunakan metode angket/kuesioner sebagai metode
pokok dan metode observasi dan metode pencatatan dokumen sebagai metode
pelengkap.
c. Teknik
analisis data dengan menggunakan teknik analisis statistik dengan rumus
koefisien korelasi product moment.
3. Asumsi
Pelaksanaan
Penelitian ini terlaksana dengan baik
dan lancar, atas dukungan dari beberapa faktor, antara lain:
a. Terjalinnya
hubungan baik antara peneliti dengan sumber data yakni kepala sekolah, guru, pegawai
dan siswa di sekolah tempat penelitian berlangsung.
b. Tersedianya
data-data dan literatur yang menunjang sesuai dengan kebutuhan peneliti.
c. Dosen
pembimbing yang selalu siap memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada
peneliti.
F.
Lingkup
Penelitian
Dalam melakukan penelitian, perlu adanya
pembatasan atau ruang lingkup masalah yang diteliti. Hal ini untuk menjaga agar
penelitian tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan diteliti dan agar
pembahasan masalah tidak meluas.
Menurut Sevilla dkk (2006 : 18), “secara singkat ruang lingkup (scope) penyelidikan menetapkan dimana
dan kapan penelitian dilaksanakan dan siapa subjeknya dan ruang lingkup
menetapkan batasan-batasan dari penelitian”.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas
mengenai penelitian ini, maka akan dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian
ini, yaitu sebagai berikut:
1. Lokasi
penelitian ini, yaitu di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
2. Subyek
penelitian ini, terbatas pada guru yang mengajar dan siswa kelas VIII di SMP
Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
3. Obyek
penelitian ini, terbatas pada korelasi antara kompetensi mengajar guru dengan
motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran
2010/2011.
G.
Defenisi
Operasional Judul
Untuk memberi kejelasan makna yang
terkandung dalam konsep-konsep penting tentang variabel yang akan diteliti,
maka perlu adanya penegasan istilah.
Menurut Sevilla dkk (2006 : 18), “setelah kita menemukan judul atau masalah yang
sesuai untuk diselidiki, salah satu hal penting dan utama yang kita lakukan
adalah menetapkan dan menjelaskan konsep-konsep penting yang termuat dalam topik
atau masalah kita”. Sedangkan menurut Azwar (2007 : 72), “dalam pelaksanaan
penelitian, batasan atau definisi suatu variabel tidak dapat dibiarkan ambiguous, yakni memiliki makna ganda,
atau tidak menunjukkan indikator yang jelas”.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka
konsep-konsep yang dianggap penting mengenai variabel penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Korelasi
Menurut
Bakir dan Suryanto (2006 : 311), “korelasi : hubungan sebab akibat”.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka
yang dimaksud dengan korelasi adalah hubungan sebab akibat antara dua variabel
yakni antara variabel yang mempengaruhi (variabel bebas) yaitu kompetensi
mengajar guru dengan variabel yang dipengaruhi (variabel terikat) yaitu motivasi
belajar siswa.
2. Kompetensi
Mengajar
Menurut Djamarah (1994 : 33), “kata kompetensi
berasal dari bahasa Inggris, yakni competence
yang berarti kecakapan dan kemampuan”. Sedangkan menurut Sardiman (2010 :
47), “mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi
atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses
belajar”.
Sehubungan
dengan penelitian ini, maka yang di maksud dengan kompetensi mengajar adalah
kecakapan atau kemampuan guru dalam upaya menciptakan suatu kondisi yang dapat
memungkinkan terjadinya proses belajar yang efektif dan efisien.
3. Motivasi
Belajar
Menurut
Notoatmodjo (2009 : 114), “motif atau motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam
diri manusia untuk bertindak atau berprilaku. Sedangkan menurut Hadis (2006 :
60), “perubahan prilaku yang diperoleh peserta melalui aktivitas belajar
sebagai hasil dari interaksi peserta didik dengan lingkungan pendidikan dan
dengan guru di sebut belajar”.
Lebih
lanjut, menurut Sardiman (2010 : 75), “… motivasi itu dapat dirangsang oleh
faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang”.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka yang
dimaksud dengan motivasi belajar adalah suatu dorongan yang dirangsang oleh
faktor dari dalam (instrinsik) dan faktor dari luar (ekstrinsik) diri siswa,
yang menggerakkan siswa untuk memperoleh perubahan prilaku dalam interaksi
belajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Kompetensi
Mengajar
a.
Pengertian kompetensi mengajar
Menurut Yamin dan Maisah (2010 : 1), “…
istilah competencies, competence, dan competent
diterjemahkan sebagai kompetensi, kecakapan, dan keberdayaan merujuk pada
keadaan atau kualitas mampu dan sesuai”. Sedangkan menurut Sagala (2009 : 23),
“kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya
kalbu), dan keterampilan (daya pisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan”.
Selanjutnya, menurut Djamarah (1994 :
133), “mengajar sebagai suatu keterampilan merupakan aktualisasi ilmu
pengetahuan teoritis ke dalam interaksi belajar mengajar”. Sedangkan menurut
Hadis (2006 : 76), “mengajar juga dapat diartikan secara luas, yaitu upaya
untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar
bagi para siswa”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi mengajar menurut peneliti
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki
oleh seorang guru, dalam usaha menciptakan suatu kondisi belajar yang kondusif.
b.
Komponen-komponen kompetensi mengajar
Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14/2005
dan Peraturan Pemerintah No. 19/2005 (dalam Yamin dan Maisah 2010 : 8),
menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kepribadian, paedagogik, profesional,
dan sosial.
Lebih
lanjut, Isjoni (2009 : 72) menyatakan bahwa:
… Guru juga harus
memiliki kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional,
sebagaimana dipersyaratkan oleh UU. Setelah uji kompetensi tersebut, barulah
guru dan dosen memiliki sertifikasi pendidik, dan barulah akan terangkat marwah
dan kehidupan guru secara hakiki, yakni hidup sejahtera dengan penghasilan yang
layak sebagaimana yang dicita-citakan oleh setiap guru Indonesia.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang komponen-komponen kompetensi mengajar, maka akan dijelaskan satu
persatu secara mendalam, yaitu sebagai berikut:
1)
Kompetensi kepribadian
Menurut Djamarah (1994 : 58),
“kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis
dan fisik”. Sedangkan menurut Sagala (2009 : 33), “kepribadian mencakup semua
unsur, baik fisik maupun psikis, sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan
dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian menurut peneliti
adalah kemampuan personal guru yang tercermin dalam suatu tindakan, penampilan,
dan ucapan. Selanjutnya, guru yang berkompetensi dari segi kepribadian memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a)
Kepribadian yang mantap dan stabil,
yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku.
b)
Kepribadian yang dewasa, yaitu memiliki
kemandirian dalam bekerja dan bertindak sebagai pendidik.
c)
Kepribadian yang arif dan bijaksana,
yaitu memiliki keterbukaan dalam berfikir dan bertindak dengan peserta didik,
sesama pendidik, dan masyarakat.
d)
Kepribadian yang berwibawa, yaitu
memiliki prilaku yang dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan memiliki
prilaku disegani yang berpengaruh positif bagi peserta didik.
e)
Kepribadian tentang evaluasi diri dan
pengembangan diri, yaitu memiliki kemampuan dalam mengintrospeksi diri dan
mampu mengembangkan potensi diri secara optimal.
2)
Kompetensi paedagogik
Menurut Sagala (2009 : 32), “… kompetensi
paedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik”. Sedangkan
menurut Yamin dan Maisah (2010 : 9) “kompetensi paedagogik meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan, evaluasi hasil belajar,
dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang
dimilikinya”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi paedagogik menurut peneliti
adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan memahami siswa, sehingga
potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Selanjutnya, guru
yang berkompetensi dari segi paedagogik memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)
Memahami keseragaman dan potensi peserta
didik, sehingga dapat mendisain strategi pelayanan belajar sesuai dengan
karakter masing-masing peserta didik.
b)
Mampu menyusun rencana dan strategi
pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
c)
Mampu melakukan evaluasi hasil belajar
sesuai dengan prosedur dan standar yang telah ditentukan.
d)
Mampu mengembangkan bakat dan minat
peserta didik baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan
ekstrakurikuler dalam usaha mengoptimalkan potensi yang dimiliki peserta didik.
3)
Kompetensi professional
Yamin
dan Maisah (2010 : 11), menyatakan bahwa:
Kompetensi profesional merupakan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan
yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan methodology keilmuan.
Lebih
lanjut, Sagala (2009 : 39) menyatakan bahwa:
Sebagai
seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan yang cukup.
Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep,
asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun
pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan
konsisten.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi professional menurut peneliti
adalah kemampuan guru dalam menerapkan konsep-konsep, metodologi, dan
pendekatan-pendekatan yang membuat pembelajaran menjadi menarik. Selanjutnya,
guru yang berkompetensi dari segi professional memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a)Memahami
materi ajar yang akan di ajarkan.
b)
Menggunakan metode pembelajaran sesuai
dengan materi yang akan diajarkan.
c)Menguasai
media pembelajaran, dalam upaya menciptakan suasana belajar yang lebih menarik.
4)
Kompetensi sosial
Menurut Yamin dan Maisah (2010 : 12),
“kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Sedangkan menurut Sagala
(2009 : 38) “… kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk
sosial dalam berinteraksi dengan orang lain”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru dalam berinteraksi dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali siswa, dan masyarakat sekitar. Selanjutnya, guru
yang berkompetensi dari segi sosial memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)
Mampu berinteraksi secara efektif dengan
peserta didik.
b)
Mampu berinteraksi secara efektif dengan
sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
c)
Mampu berinteraksi secara efektif dengan
orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kompetensi mengajar
Isjoni
(2008 : 69) menyatakan bahwa:
Konsekuensi logis dari UU Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen secara tersirat menyebutkan bahwa seorang guru
adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah, seperti disebutkan pada (Pasal 1 ketentuan umum), dan guru harus
profesional dan dimaksud adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi.
Peningkatan kompetensi mengajar
merupakan suatu hal yang harus menjadi pusat perhatian bagi seorang guru, agar
dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara efektif dan efesien. Salah
satunya seorang guru harus mampu mengelola pembelajaran menjadi lebih menarik
sehingga siswa tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan
serius.
Motivasi belajar secara ektrinsik, salah
satunya dapat dipengaruhi oleh faktor guru dalam mengelola pembelajaran di
kelas. Seperti halnya motivasi belajar, kompetensi mengajar juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor tertentu.
Menurut Djamarah (1994 : 130), “ meski kompetensi guru adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, namun kompetensi guru itu
sendiri tidaklah berdiri sendiri, tetapi ia juga dipengaruhi oleh faktor latar
belakang pendidikan dan pengalaman mengajar”.
Untuk mendapat pemahaman mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi mengajar guru, maka akan dijelaskan
satu persatu secara mendalam, yaitu sebagai berikut:
1)
Latar belakang pendidikan
Djamarah
(1994 : 131) menyatakan bahwa:
Perbedaan latar
belakang pendidikan akan mempengaruhi kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan
interaksi belajar mengajar. Guru alumnus FKIP atau Fakultas tarbiyah dan guru
alumnus FISIP akan berbeda cara mengajar mereka. Sebab guru alumnus FKIP atau
fakultas tarbiyah telah memiliki sejumlah pengalaman teoritis di bidang
keguruan, sedangkan guru alumnus FISIP tidak pernah menerima pengalaman di
bidang keguruan. Dari dua orang sarjana dari alumnus suatu perguruan tinggi yang
berbeda ini saja sudah terlihat perbedaannya, apalagi bila dibandingkan antara
guru alumnus SMTA dengan guru alumnus suatu perguruan tinggi.
Lebih
lanjut, Isjoni (2009 : 72) menyatakan bahwa:
Untuk
memperoleh sertifikasi pendidik tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Sertifikasi pendidik akan dapat diperoleh bilamana guru dengan sungguh-sungguh
belajar dan tentunya sertifikasi pendidik, akan didapat oleh guru-guru yang
berkualitas dan selama ini sudah menunjukkan kinerja baik dan memilih profesi
guru merupakan pilihan nuraninya. Tak kalah pentingnya, adalah guru-guru yang
mau belajar dan belajar, selalu mengikuti berbagai diklat-diklat, serta
menyadari bahwa ilmu yang selama ini yang dimiliki terasa masih kurang.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan latar
belakang pendidikan menurut peneliti, dapat mempengaruhi kualitas kompetensi
mengajar guru dan perbedaan latar belakang pendidikan tersebut dipengaruhi oleh
jenis dan penjenjangan pendidikan.
2)
Pengalaman mengajar
Menurut Djamarah (1994 : 132-134), “Experience is the best teacher.
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman adalah guru yang tidak pernah
marah. Pengalaman adalah sesuatu yang mengandung kekuatan”. Sedangkan menurut
Isjoni (2009 : 79), “untuk menjadi guru efektif kita dituntut selalu mawas diri
dan terus melakukan perbaikan-perbaikan kompetensi ….”.
Sebagai
tambahan mengenai pengalaman mengajar, Djamarah (1994 : 133-134) menyatakan
bahwa:
Guru yang baru
pertama kali menerjunkan diri mengajar di depan kelas biasanya menunjukkan
sikap yang agak kaku dan terkadang bingung untuk mengeluarkan kata-kata apa
yang tepat untuk memulai pembicaraan. Keadaan seperti itu terkadang
mendatangkan trauma dalam dirinya. Keringat keluar membasahi sekujur tubuh
karena kurang terbiasa berhadapan dengan anak didik di depan kelas. Hal ini
kurang menguntungkan, karena bisa jadi bahan yang telah dikuasai hilang dari
ingatan. Akhirnya, sukar menguasai keadaan kelas.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengalaman mengajar menurut peneliti, dapat mempengaruhi
kompetensi mengajar guru. Sebab pengalaman secara teoritis yang diterima di
jenjang pendidikan profesi, tidak selamanya menjamin keberhasilan guru dalam
mengajar, apabila tidak ditunjang dengan pengalaman interaksi langsung dengan
lingkungan belajar atau interaksi langsung dengan siswa.
2. Motivasi
Belajar
a.
Pengertian motivasi belajar
Menurut Uno (2009 : 3), “istilah motivasi
berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat
dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat”.
Sedangkan menurut Sardiman (2010 : 73),
“Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melalukan sesuatu”.
Selanjutnya, menurut Djamarah (1994 :
21), “… belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari”. Sedangkan menurut
Uno (2009 : 15), “… belajar umumnya diartikan sebagai proses perubahan prilaku
seseorang setelah mempelajari suatu objek (pengetahuan, sikap, atau
keterampilan) tertentu”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar menurut peneliti adalah
kekuatan yang terdapat dalam diri siswa yang mendorong siswa untuk memperoleh
perubahan prilaku dalam belajar.
b.
Macam-macam motivasi belajar
Berbicara tentang macam-macam motivasi
belajar, dalam penelitian ini hanya akan dikaji dari sudut pandang motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1)
Motivasi instrinsik
Menurut Djamarah (2008 : 149), “yang
dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”.
Lebih
lanjut, Sardiman (2010 : 90) menyatakan bahwa:
… Yang dimaksud
dengan motivasi instrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di
dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu melakukan
belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan
agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang
lain-lain”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi instrinsik menurut peneliti
adalah motif-motif yang dapat berfungsi walaupun tidak ada ransangan dari luar
dan motivasi intrinsik timbul semata-mata karena adanya keinginan siswa untuk
mencapai tujuan yang terkandung dalam interaksi belajar.
2)
Motivasi ekstrinsik
Menurut Djamarah (1994 : 37), “motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar”. Sedangkan menurut Sardiman (2010 : 151), “motivasi
belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di
luar faktor-faktor situasi belajar (resides
in some factors outside the learning situation)”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik menurut peneliti
adalah motif-motif yang akan berfungsi bila ada rangsangan dari luar dan
motivasi ekstrinsik timbul akibat dari adanya keinginan siswa untuk mendapatkan
sesuatu di luar tujuan interaksi belajar.
c.
Indikator motivasi belajar
Motivasi belajar dapat timbul karena
faktor yang berasal dari dalam dan faktor yang berasal dari luar. Kedua faktor
tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga sesorang berkeinginan
untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Sardiman
(2010 : 83) menyatakan bahwa:
Motivasi yang
ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Tekun
menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak
pernah berhenti sebelum selesai.
2)
Ulet
menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang
telah dicapainya).
3)
Menunjukkan
minat terhadap bermacam-macam masalah. Untuk orang dewasa (misalnya masalah
pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi,
penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).
4)
Lebih
senang bekerja mandiri
5)
Cepat
bosan pada tugas-tugas yang bersifat rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6)
Dapat
mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
7)
Tidak
mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8) Senang
mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Lebih lanjut, menurut Uno (2009 : 23), “indikator
motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2) Adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) Adanya harapan dan cita-cita masa
depan; 4) Adanya penghargaan dalam belajar; 5) Adanya kegiatan yang menarik
dalam belajar; 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, secara umum
indikator motivasi belajar antara pendapat ahli satu dengan ahli lainnya tidak
jauh berbeda. Namun dalam penelitian ini, hanya akan mengungkap empat karakteristik
motivasi belajar siswa yang diklasifikasikan menurut macam-macam motivasi
belajar, yaitu sebagai berikut:
1) Motivasi
instrinsik, dengan indikator sebagai berikut:
a) Adanya
kebutuhan untuk berhasil
Menurut Djamarah (2008 : 153) “dorongan
untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi
orang yang terdidik dan berpengetahuan”. Sedangkan menurut Hadis (2006 : 34-35)
“… siswa belajar karena didorong oleh keinginannya sendiri, maka siswa secara
mandiri dapat menentukan tujuan yang akan dicapai nya dan aktivitas yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut”.
Sesuai dengan hal tersebut di atas, Sardiman
(2010 : 102) berpendapat bahwa “motivasi selalu berkait dengan soal kebutuhan.
Ada beberapa jenis kebutuhan misalnya: kebutuhan untuk menyenangkan orang lain,
kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk mengatasi kesulitan”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa menurut peneliti, siswa yang memiliki motivasi dalam belajar secara
instrinsik akan tercermin dari kebutuhannya untuk berhasil, dengan
karakteristik sebagai berikut:
(1) Adanya
kebutuhan akan sekolah sebagai tempat untuk mencapai keberhasilan
(2) Adanya
kebutuhan akan peran guru dalam mendidik/mengajar yang mengarah kepada
pencapaian tujuan
(3) Adanya
kebutuhan akan materi pelajaran yang berguna untuk mencapai keberhasilan
(4) Adanya
kebutuhan akan rasa bangga dari guru atas keberhasilan yang dicapai
b) Adanya
minat (ketertarikan) terhadap pembelajaran
Hadis
(2006 : 44) menyatakan bahwa:
Minat secara umum dapat diartikan
sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh individu kepada suatu objek, baik
objek berupa benda hidup maupun benda yang tidak hidup. Sedangkan minat belajar
dapat diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam
melakukan aktivitas belajar, baik dirumah, di sekolah, dan di masyarakat.
Lebih lanjut, Djamarah (1994 : 36)
menyatakan bahwa:
Seseorang
yang mempunyai minat yang tinggi untuk mempelajari suatu mata pelajaran, maka
ia akan mempelajarinya dalam jangka waktu tertentu. Seseorang itu boleh
dikatakan memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi itu muncul karena ia
membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan
dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktifitas
belajar. Oleh karena itu, minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek,
seseorang, suatu soal atau suatu situasi ada sangkut paut dengan dirinya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa menurut peneliti, siswa yang memiliki motivasi dalam belajar secara
instrinsik akan tercermin dari minat (ketertarikan) terhadap pembelajaran,
dengan karakteristik sebagai berikut:
(1) Masuk
kelas tepat waktu
(2) Keseriusan
dalam mendengarkan guru pada saat menyampaikan materi pelajaran di depan kelas
(3) Bertanya
kepada guru pada saat mengalami kesulitan dalam belajar
(4) Aktif
bertanya dan menjawab pada saat diskusi kelompok
(5) Membaca
buku di perpustakaan pada saat jam istirahat
(6) Berusaha
mandiri dalam menjawab soal-soal ulangan
(7) Tepat
waktu dalam menyelesaikan tugas/PR dari guru
2) Motivasi
ekstrinsik, dengan indicator sebagai berikut:
a) Adanya
penghargaan (pujian dan hadiah)
Menurut Djamarah (1994 : 46), “pujian
adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang
baik”. Sedangkan menurut Sardiman (2010 : 92), “hadiah dapat juga dikatakan
sebagai motivasi ….”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa menurut peneliti, sejumlah penghargaan (pujian dan hadiah)
merupakan cerminan dari motivasi belajar secara ekstrinsik. Dalam hal ini,
dapat dikarakteristikkan sebagai berikut:
(1) Adanya
pujian dari guru
(2) Adanya
hadiah dari guru
b) Adanya
lingkungan belajar yang kondusif
Sebagaimana yang telah dinyatakan
sebelumnya oleh Uno (2009 : 23), “adanya lingkungan belajar yang kondusif,
sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa menurut peneliti, lingkungan belajar yang kondusif merupakan salah
satu cerminan dari motivasi belajar secara ekstrinsik, dengan karakteristik
sebagai berikut:
(1) Lingkungan
sekolah yang jauh dari keramaian jalan raya
(2) Lingkungan
sekolah yang bersih dan nyaman
(3) Lingkungan
kelas yang selalu terjaga kebersihannya
(4) Lingkungan
kelas yang suasananya selalu tenang pada saat proses belajar mengajar
berlangsung
d.
Teknik-teknik motivasi belajar
Dalam interaksi belajar mengajar, baik
motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik sangat penting, salah satunya
untuk menumbuhkan minat (ketertarikan) siswa terhadap pembelajan.
Dalam lingkungan sekolah, seorang guru
perlu menyadari dan menguasai teknik-teknik motivasi belajar. Sebab, peran
motivasi dari seorang guru sangat penting artinya bilamana ada peserta didik
yang kurang berminat (tertarik) terhadap pembelajaran yang diberikan. Dengan motivasi,
peserta didik akan dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatifnya, serta dapat
menumbuhkan minat siswa terhadap segala bentuk kegiatan belajar.
Ada beberapa teknik motivasi yang dapat
dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar peserta didik di dalam kelas,
yaitu sebagai berikut:
1) Memberi
angka atau nilai
Menurut
Sardiman (2010 : 92), “angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajar ....”. Sedangkan menurut Uno (2009 : 34), “menggunakan nilai ulangan
sebagai pemacu keberhasilan. Pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan cara
untuk meningkatkan motif belajar siswa”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan mengetahui angka atau nilai sebagai
simbol dari hasil interaksi belajar siswa, dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk selalu belajar.
2) Memberi
hadiah
Menurut Djamarah (2008 : 160), “hadiah
adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau
kenang-kenangan/cenderamata”. Sedangkan menurut Sardiman (2010 : 92), “hadiah
dapat juga dikatakan sebagai motivasi ….”.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan adanya
hadiah sebagai penghargaan atas hasil belajar yang dicapai siswa, dapat
mendorong siswa untuk terus belajar agar mendapat hadiah tersebut.
3) Adanya
suasana kompetisi (persaingan)
Uno
(2009 : 37) menyatakan bahwa:
… Suasana persaingan
ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengukur kemampuan dirinya
melalui kemampuan orang lain. Lain dari pada itu, belajar dengan bersaing
menimbulkan upaya belajar yang sungguh-sungguh. Di sini digunakan pula prinsip
keinginan individu untuk selalu lebih baik dari orang lain.
Selanjutnya, menurut Sardiman (2010 :
93), “saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa”.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan adanya suatu
kondisi lingkungan belajar yang kompetitif, siswa yang satu akan terdorong
untuk berprestasi lebih baik dari siswa lainnya.
4) Menumbuhkan
kesadaran akan harga diri (ego-involvement)
Menurut Sardiman (2010 : 93), “menumbuhkan
kesadaran kepada siawa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri ….”.
Sedangkan menurut Djamarah (2008 : 162), “anak didik akan belajar dengan keras
bisa jadi karena harga dirinya”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan menumbuhkan kesadaran siswa akan
harga dirinya, siswa akan merasakan bahwa semua tugas yang diberikan oleh guru
adalah sebuah tantangan untuk mempertahankan harga dirinya. Maka disinilah
motivasi belajar siswa akan mulai tumbuh.
5) Memberi
ulangan
Menurut Sardiman (2010 : 93), “para
siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan”. Sedangkan
menurut Djamarah (2008 : 163), “ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi.
Anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk
menghadapi ulangan”.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan memberi
ulangan, siswa akan terdorong belajar lebih giat untuk menghadapi ulangan
tersebut.
6) Memberi
pujian (penghargaan verbal)
Menurut Uno (2009 : 34), “pernyataan
secara verbal terhadap prilaku yang baik atau hasil kerja atau hasil belajar
siswa yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan
motif belajar siswa kepada hasil belajar yang baik”. Sedangkan menurut Sardiman
(2010 : 94), “pujian ini adalah bentuk reinforcement
yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan memberi pujian, siswa akan terdorong
untuk berprestasi lebih baik. Disamping dapat membuat siswa senang, pujian juga
mengandung makna interaksi antara guru dengan siswa.
7) Memberi
hukuman
Menurut Sardiman (2010 : 94), “hukuman
sebagai reinforcement yang negatif
tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi”.
Sedangkan menurut Djamarah (2008 : 165) “… hukuman yang diberikan kepada anak
didik yang melanggar peraturan atau tata tertib sekolah dapat menjadi alat
motivasi dalam rangka meningkatkan prestasi belajar”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan memberi hukuman, siswa akan
terdorong untuk berprilaku lebih baik untuk menghindari hukuman tersebut.
Namun, perlu digaris bawahi di sini bahwa tidak semua hukuman dapat berdampak
positif bagi siswa. Hukuman akan berdampak negatif, apabila diberikan pada
situasi dan kondisi yang kurang tepat.
8) Menumbuhkan
hasrat untuk belajar
Menurut Djamarah (2008 : 165), “hasrat
untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar”.
Sedangkan menurut Sardiman (2010 : 94), “hasrat untuk belajar berarti pada diri
anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu
hasilnya akan lebih baik”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan menumbuhkan hasrat siswa untuk
belajar, maka siswa akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
9) Menumbuhkan
minat untuk belajar
Menurut Sardiman (2010 : 94-95), “…
motivasi sangat erat kaitannya dengan unsur minat. Motivasi itu muncul karena
adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan
alat motivasi yang pokok”. Sedangkan menurut Djamarah (2008 : 166), “minat
besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap
suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya
tarik baginya”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan menumbuhkan minat siswa untuk
belajar, maka siswa akan mendapat hasil belajar yang lebih baik, karena antara
motivasi dan minat merupakan dua unsur yang sama-sama muncul akibat adanya
kebutuhan tertentu.
10) Mengetahui
tujuan
Menurut Uno (2009 : 36), “makin jelas
tujuan yang akan dicapai, makin terarah upaya untuk mencapainya”. Sedangkan
menurut Sardiman (2010 : 95), “rumusan tujuan yang diakui akan diterima baik
oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan
memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan
menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa menurut peneliti, dengan adanya tujuan, kegiatan belajar
siswa akan lebih terarah dan apabila tujuan tersebut dirasa sangat berguna,
maka siswa akan terdorong untuk terus belajar untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Korelasi
Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa
Djamarah (1994 : 40-41) menyatakan bahwa:
Dalam proses interaksi belajar mengajar,
baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik diperlukan untuk mendorong
siswa agar tekun melakukan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik sangat
diperlukan bila ada diantara siswa yang kurang berminat meengikuti pelajaran
dalam jangka waktu tertentu. Peranan motivasi ekstrinsik cukup besar untuk membimbing
siswa dalam belajar. Hal ini perlu disadari oleh guru.
Selanjutnya
menurut Sardiman (2010 : 145), “peranan guru sebagai motivator ini sangat
penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan
mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri”.
Lebih lanjut dinyatakan kembali oleh Djamarah (1994
: 41) bahwa:
Kesalahan dalam memberikan
motivasi ekstrinsik akan berakibat merugikan prestasi belajar siswa dalam
kondisi tertentu. Interaksi belajar mengajar menjadi kurang harmonis. Tujuan
pendidikan dan pengajaran pun tidak akan tercapai dalam waktu yang relatif
singkat. Oleh karena itu, pemahaman mengenai kondisi kejiwaan/psikologis siswa
sangat diperlukan guna mengetahui gejala apa yang sedang dihadapi siswa
sehingga gairah belajarnya menurun.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
difahami bahwa peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi
belajar mengajar. Namun dalam kenyataannya, masih banyak guru yang salah
menggunakan teknik-teknik motivasi dalam memotivasi siswa untuk belajar. Hal
tersebut disebabkan karena guru kurang menguasai kondisi kejiwaaan dari
masing-masing siswa. Oleh karena itu, kompetensi yang variatif mutlak dimiliki
oleh seorang guru sebagai kecakapan, kemampuan, atau keterampilan dalam
mengelola kegiatan pendidikan pada umumnya dan meningkatkan motivasi belajar
siswa pada khususnya.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan kompetensi mengajar guru dan motivasi belajar siswa yang telah
dilakukan, akan digunakan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian
yang dilakukan oleh Nursalim (2008), dengan judul “Korelasi Pengelolaan Kelas
Dengan Motivasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 8 Pujut Tahun Pelajaran 2008/2009”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi pengelolaan kelas dengan
motivasi belajar siswa di SMP Negeri 8 Pujut tahun pelajaran 2008/2009”.
2. Penelitian
yang dilakukan oleh Hodijah, (2009), dengan judul “Hubungan Antara Intensitas
Komunikasi Guru Dan Siswa Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VI SD Kalimulya 1
Depok Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
positif antara intensitas komunikasi guru dan siswa dengan motivasi belajar
siswa kelas VI SD Kalimulya 1 Depok tahun ajaran 2009/2010”.
3. Artikel
ilmiah yang ditulis oleh Sutrisno (2010), dengan judul “Pengaruh Metode
Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. “berdasarkan Hasil kajian secara
teoritis dan kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif
dari metode pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa”.
Beranjak
dari hasil penelitian di atas, dapat difahami bahwa segala sesuatu yang berhubungan
dengan kemampuan guru dalam mengajar, sangat berpengaruh terhadap peningkatan
motivasi belajar siswa. Berarti dalam hal ini, terdapat hubungan sebab akibat
antara kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar siswa. Selanjutnya,
dalam penelitian ini, akan dikaji lebih lanjut tentang kompetensi-kompetensi
apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam upaya meningkatkan
motivasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Secara teoritis, dalam pendidikan dan
pengajaran, seorang guru tidak hanya berperan sebagai administrator,
demonstrator, supervisor, dan evaluator, tetapi seorang guru juga harus
berperan sebagai motivator. Namun, tidak semua guru dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa. Hal ini disadari bahwa setiap guru mempunyai tingkat
penguasaan kompetensi mengajar yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh
perbedaan latar belakang pendidikan dan perbedaan pengalaman mengajar. Tidak
jarang, seorang guru yang ingin membangkitkan motivasi belajar siswanya, justru
sebaliknya siswa tidak termotivasi sedikitpun untuk belajar dan bahkan guru
tersebut dibenci oleh siswa. Sebagai contoh, seorang guru yang memaksa siswanya
untuk belajar melalui kekerasan atau dengan memukulnya, tidak akan pernah
berhasil melaksanakan tugasnya dalam mengajar.
Untuk mencari kebenaran tentang teori di
atas, maka dalam penelitian ini, dirumuskan permasalahan yang kemudian akan
dicari jawabannya melalui pengumpulan data di lapangan. Rumusan masalah
tersebut adalah Apakah Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru
Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun
Pelajaran 2010/2011?.
Untuk menjawab masalah di atas, maka
diperlukan data-data yang akurat, mengenai variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian
ini, yang menjadi variabel yang mempengaruhi (variabel bebas) adalah kompetensi
mengajar guru dan yang menjadi variabel yang dipengaruhi (variabel terikat) adalah
motivasi belajar siswa.
Sementara itu, untuk mendapatkan
data-data mengenai variabel penelitian, dibutuhkan teknik pengumpulan data.
Sehubungan dengan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
metode angket/kuesioner sebagai metode pokok dan metode observasi dan pencatatan
dokumen sebagai metode pelengkap.
Kemudian data-data yang sudah
dikumpulkan, dianalisis agar bermanfaat untuk menjawab masalah penelitian.
Sehubungan dengan penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah
tekinik analisis statistik dengan rumus koefisien korelasi product moment.
Hasil analisis data kemudian ditindak
lanjuti dalam bentuk laporan hasil penelitian, sebagai jawaban akhir dari
masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2010 : 64), “hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Sedangkan menurut Azwar (2007 :
49), “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hipotesis menurut peneliti adalah
jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau pertanyaan penelitian.
Sehubungan dengan penelitian ini,
hipotesis yang diajukan adalah hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi : “Ada
Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Di
SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011”.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006 :
105), “desain penelitian atau rancangan penelitian pada dasarnya adalah
strategi untuk memperoleh data yang dipergunakan untuk menguji hipotesa”. Sedangkan
menurut Sugiyono (2005 : 324), “rancangan penelitian dapat diartikan sebagai pedoman
yang berisi langkah-langkah yang akan diteliti oleh peneliti untuk melakukan penelitiannya”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan rancangan penelitian dalam penelitian
ini adalah suatu pedoman yang berisikan langkah-langkah yang disusun secara
sistematis dalam melaksanakan penelitian. Selanjutnya, sehubungan dengan
penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian
empiris, karena
objek-objek yang akan diteliti sudah ada secara wajar, baik berupa objek tentang
kompetensi mengajar guru maupun objek tentang motivasi belajar siswa di SMP
Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
Untuk mempermudah dalam pelaksanaan
penelitian ini, maka dibuat konseptual rancangan penelitian, yaitu sebagai
berikut:
Variabel
Bebas (X)
|
|
Variabel Terikat (Y)
|
Motivasi Belajar Siswa
|
Indikator
|
Komponen-komponen
Kompetensi Mengajar Guru:
1.
Kompetensi
Kepribadian
2.
Kompetensi
Paedagogik
3.
Kompetensi
Profesional
4.
Kompetensi
Sosial
|
Indikator
|
Macam-macam
Motivasi Belajar:
1.
Motivasi
instrinsik:
a.
Adanya
Kebutuhan Untuk Berhasil
b.
Adanya
Minat (Ketertarikan) Terhadap Pembelajaran
2.
Motivasi
ekstrinsik:
a.
Adanya penghargaan
(pujian dan hadiah)
b.
Adanya lingkungan
yang kondusif
|
Metode
Pengumpulan Data
|
Angket
|
Metode
Pengumpulan Data
|
Angket
|
|
|
Analisa
Data
|
|
Kesimpulan
|
Gambar
3.1. Konseptual Rancangan Penelitian Tentang Korelasi Antara Kompetensi
Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa.
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Penelitian
Menurut
Sugiono (2010 : 80), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan
menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006 : 180), “ … yang dimaksud dengan populasi
adalah keseluruhan objek yang menjadi pusat perhatian penelitian dan tempat
untuk menggeneralisasikan temuan penelitian”.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan populasi dalam
penelitian ini adalah keseluruhan subyek maupun obyek penelitian yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Selanjutnya, sehubungan dengan penelitian ini, yang menjadi populasi adalah
guru yang mengajar dan siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun
pelajaran 2010/2011.
2. Sampel
Penelitian
Menurut
Furqon (2009 : 146) “ … secara sederhana dapat dikatakan bahwa suatu sampel
[adalah] bagian dari suatu populasi”. Sedangkan menurut Azwar (2007 : 79)
“sampel adalah sebagian dari populasi”.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian dari jumlah populasi. Selanjutnya, sehubungan
dengan penelitian ini, karena pertimbangan jumlah guru yang mengajar di SMP
Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011 relatif sedikit yaitu
berjumlah 36 orang guru, maka diambil secara keseluruhan (teknik populasi).
Sedangkan untuk siswa, karena pertimbangan jumlah siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011 yang banyak, maka diambil
sebagian (teknik sampel) yang dalam hal ini menggunakan teknik proportional random sampling dengan
ukuran sampel 15% dari jumlah populasi, sehingga sampel berjumlah 36 orang
siswa.
C. Instrumen penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
suatu kegiatan penelitian, maka diperlukan alat atau instrumen penelitian yang
disusun sedemikian rupa agar dapat secara tepat mengungkap data yang
diinginkan. Dalam menyusun instrumen, peneliti menempuh langkah-langkah mulai
dari perencanaan, penyusunan, dan evaluasi (mengadakan konsultasi dengan dosen
pembimbing sehingga instrumen tersebut dapat dianggap valid dan reliabel).
Menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006 :
139), “instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
variabel dalam rangka mengumpulkan data”. Sedangkan menurut Sugiyono (2010 :
102), “… instrumen penelitian adalah
suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam dan sosial. Secara spesifik semua fenomena ini di sebut variabel
penelitian”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan instrumen penelitian dalam penelitian
ini adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Selanjutnya,
sehubungan dengan penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan data tentang variabel penelitian adalah instrumen
angket/kuesioner. Angket/kuesioner yang dimaksud adalah angket/kuesioner untuk
mendapatkan data tentang kompetensi mengajar guru dan angket/kuesioner untuk
mendapatkan data tentang motivasi belajar siswa.
Untuk lebih jelasnya, tentang instrumen
angket/kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan diuraikan secara
mendalam, yaitu sebagai berikut:
1. Angket/Kuesioner
Kompetensi Mengajar Guru
Data
tentang kompetensi mengajar guru, diungkap melalui instrumen angket/kuesioner
yang diberikan kepada 36 orang guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Alas
Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011. Instrumen angket/kuesioner ini
disusun berdasarkan indikatornya berupa komponen-komponen kompetensi mengajar
guru, yang meliputi:
a.
Kompetensi kepribadian, yang mencakup:
1) Kepribadian
yang mantap dan stabil
2) Kepribadian
yang dewasa
3) Kepribadian
yang arif dan bijaksana
4) Kepribadian
yang berwibawa
5) Kepribadian
tentang evaluasi diri dan pengembangan diri
b.
Kompetensi paedagogik, yang mencakup:
1) Memahami
keseragaman dan potensi peserta didik
2) Mampu
menyusun rencana dan strategi pembelajaran
3) Mampu
melakukan evaluasi hasil belajar
4) Mampu
mengembangkan bakat dan minat peserta didik
c.
Kompetensi professional, yang mencakup:
1) Memahami
materi ajar yang akan diajarkan
2) Menggunakan
metode pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan
3) Menguasai
media pembelajaran
d.
Kompetensi sosial, yang mencakup:
1) Mampu
berinteraksi secara efektif dengan peserta didik
2) Mampu
berinteraksi secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan
3) Mampu
berinteraksi secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik dan masyarakat
sekitar
Selanjutnya,
instrumen angket/kuesioner tentang kompetensi mengajar guru, berjumlah 30 (tiga
puluh) item pertanyaan dengan 3 (tiga) alternatif jawaban dan skor
masing-masing, yaitu : untuk alternatif jawaban “ya” diberi skor 3 (tiga),
untuk alternatif jawaban “kadang-kadang diberi skor 2 (dua), dan untuk alternatif
jawaban “tidak” diberi skor 1 (satu). Dalam instrumen angket/kuesioner ini,
responden harus menjawab dengan memberikan tanda check list (√) pada salah satu kolom alternatif jawaban yang
dipilih.
2. Angket/Kuesionar
Motivasi Belajar Siswa
Data
tentang motivasi belajar dalam penelitian ini, diungkap melalui instrumen angket/kuesioner
yang diberikan kepada 36 orang siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten
Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011. Instrumen angket/kuesioner ini, disusun
berdasarkan indikatornya berupa macam-macam motivasi belajar, yang meliputi:
a.
Motivasi instrinsik, yang mencakup:
1) Adanya
kebutuhan untuk berhasil
2) Adanya
minat atau (ketertarikan) terhadap pembelajaran
b.
Motivasi ekstrinsik, yang mencakup:
1) Adanya
penghargaan (pujian dan hadiah)
2) Adanya
lingkungan yang kondusif
Selanjutnya,
instrumen angket/kuesioner tentang motivasi belajar siswa, berjumlah 30 (tiga
puluh) item pertanyaan dengan 3 (tiga) alternatif jawaban dan skor
masing-masing, yaitu : untuk alternatif jawaban “ya” diberi skor 3 (tiga),
untuk alternatif jawaban “kadang-kadang” diberi skor 2 (dua), dan untuk alternatif
jawaban “tidak” diberi skor 1 (satu). Dalam instrument angket/kuesioner ini,
responden harus menjawab dengan memberikan tanda check list (√) pada salah
satu kolom alternatif jawaban yang dipilih.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Subagyo (2006 : 38),
“pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dengan memperhatikan
penggarisan yang telah ditentukan”. Sedangkan menurut Sandjaja dan Heriyanto
(2006 : 179), “pengumpulan data merupakan upaya sistematis untuk memperoleh
informasi mengenai objek penelitian dan settingnya”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah strategi yang sistematis untuk mendapatkan informasi mengenai
variabel penelitian. Selanjutnya, sehubungan dengan penelitian ini, teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket/kuesioner sebagai metode
pokok dan metode observasi dan metode pencatatan dokumen sebagai metode pelengkap.
Untuk lebih jelasnya tentang teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini, maka akan di uraian secara mendalam,
yaitu sebagai berikut:
1. Metode
Angket/Kuesioner
a.
Pengertian metode angket/kuesioner
Menurut Narbuko dan Achmadi (2009 : 76),
“metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan
mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti”. Sedangkan menurut
Sugiyono (2010 : 142), “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode angket/kuesioner dalam penelitian
ini adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan
tertulis yang diberikan kepada responden untuk dijawab, dalam upaya mendapatkan
informasi tentang pribadinya dan orang lain. Selanjutnya, sehubungan dengan
penelitian ini, metode angket/kuesioner merupakan metode pokok yang digunakan
untuk mendapatkan informasi atau data tentang kompetensi mengajar guru dan
motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
b.
Jenis-jenis metode angket/kuesioner
1) Menurut
strukturnya
Menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006 :
149), “menurut strukturnya, angket dibedakan menjadi : a) Angket tidak
terstruktur. Angket ini merupakan pertanyaan yang memerlukan jawaban yang
berisi suatu uraian; b) Angket terstruktur. Pada angket ini, semua pertanyaan
telah ditentukan jawabannya dan responden memilihnya dari jawaban yang
tersedia; c) Angket semi terstruktur. Angket ini merupakan gabungan dari angket
tidak terstruktur dan angket terstruktur”.
Berdasarkan pendapat di atas, jika
dilihat dari strukturnya, angket/kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket/kuesioner terstruktur, karena semua pertanyaan telah ditentukan
jawabannya oleh peneliti, responden hanya memilih salah satu dari alternatif
jawaban tersebut.
2) Menurut
jawabannya
Menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006 :
150), “menurut jawabannya, angket dibedakan menjadi : a) Angket langsung.
Angket langsung adalah angket yang jawabannya diberikan sendiri oleh responden
tentang dirinya sendiri; b) Angket tidak langsung. Angket ini, jawabannya
diberikan oleh orang lain yang mewakili responden.
Berdasarkan pendapat di atas, jika
dilihat dari jawabannya, angket/kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket/kuesioner langsung, karena jawaban angket diberikan sendiri oleh
responden tentang dirinya sendiri.
3) Menurut
bentuk pertanyaannya
Sandjaja dan Heriyanto (2006
: 151) menyatakan bahwa:
Menurut bentuk pertanyaannya, angket dibedakan
menjadi:
a)
Angket
berbentuk isian. Angket ini biasa digunakan dalam angket terbuka pada angket
tidak terstruktur.
b)
Angket
berbentuk pilihan merupakan angket tertutup pada angket terstruktur.
c)
angket
berbentuk check list. Pada angket
seperti ini, pertanyaan-pertanyaannya harus dijawab responden dengan memberikan
tanda check pada jawaban yang
dipilihnya.
d)
Angket
yang mempergunakan skala. Angket jenis ini dibedakan lagi menjadi beberapa
jenis seperti misalnya, rating scale
(likert scale), sum of scale, verbal
frequency scale, forced ranking
scale, semantic differencial scale, dan adjective
check list scale.
Berdasarkan pendapat di atas, jika
dilihat dari bentuk pertanyaannya, angket/kuesioner yang digunakan dalam penelitian
ini adalah angket/kuesioner berbentuk check
list (√), karena kolom-kolom pertanyaan harus dijawab
oleh responden dengan memberikan tanda check
list (√) pada salah satu kolom alternatif jawaban yang
dipilihnya.
2. Metode
Observasi
a. Pengertian
metode observasi
Menurut Subagyo (2006 : 63), “observasi
adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena
sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2010 : 145), “teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode observasi dalam penelitian ini
adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengamati
gejala-gejala yang timbul dilapangan mengenai variabel yang akan diteliti.
Selanjutnya, sehubungan dengan penelitian ini, metode observasi merupakan
metode pelengkap yang digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang timbul di
SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011 mengenai
kompetensi mengajar guru dan motivasi belajar siswa.
b. Jenis-jenis
metode observasi
Sugiyono (2010 : 145)
menyatakan bahwa:
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data,
observasi dapat dibedakan menjadi participant
observation (observasi peran serta) dan non
participant observation….
1)
Observasi
peran serta (participant observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber
data penelitian.
2)
Observasi
non partisipan
Kalau dalam observasi partisipan peneliti
terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam
observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
independen.
Berdasarkan pendapat di atas, jika
dilihat dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, jenis metode observasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan karena
peneliti tidak terlibat langsung dengan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan sehari-hari oleh guru dan siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten
Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, peneliti hanya melihat dan membayangkan
gejala-gejala yang timbul pada saat observasi dilakukan.
3. Metode pencatatan
dokumen
a.
Pengertian metode pencatatan dokumen
Menurut Riyanto (2001 : 104), “dokumen
adalah setiap bahan tertulis maupun film yang sering digunakan untuk keperluan
penelitian”. Sedangkan menurut Arikunto (2001 : 187), “metode dokumentasi
adalah suatu cara untuk mencari data atau hal-hal yang berupa catatan
transkrip”.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode pencatatan
dokumen dalam penelitian ini adalah suatu cara untuk mendapatkan data yang
berupa bahan tertulis yang digunakan untuk keperluan penelitian. Selanjutnya,
sehubungan dengan penelitian ini, metode pencatatan dokumen merupakan metode
pelengkap yang digunakan untuk mencatat informasi atau data tentang jumlah guru
yang mengajar dan jumlah siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten
Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
b.
Jenis-jenis dokumen
Pada umumnya, dokumen dibagi menjadi
dua, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi.
Menurut Riyanto (2001 : 104), “dokumen
pribadi berisi catatan yang bersifat pribadi sedangkan dokumen resmi berisikan
catatan yang bersifat formal”.
Berdasarkan pendapat di atas, jika
dilihat dari jenisnya, dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumen resmi. Sebab, data tentang jumlah guru yang mengajar dan jumlah siswa
kelas VIII di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011
merupakan dokumen yang berisikan catatan yang bersifat formal.
E. Teknik Analisis Data
Analisis
data dalam penelitian merupakan bagian dalam proses penelitian yang sangat penting,
karena dengan analisis inilah data yang ada akan terlihat manfaatnya terutama
dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian.
Pada umumnya, metode analisa data dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Analisis
non statistik merupakan pengolahan data tanpa menggunakan analisa statistik.
2. Analisis
statistik merupakan pengolahan data dengan menggunakan analisa statistik.
Menurut Subagyo (2006 : 106), “pada
dasarnya analisis adalah kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat
diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu hipotesa”. Sedangkan
menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006 : 211), “analisa adalah tahap akhir dari
mata rantai penelitian”.
Selanjutnya,
Sevilla dkk (2006 : 232) menyatakan
bahwa:
Salah satu metode analisis
data yang lebih efesien dan efektif dalam hubungannya dengan tujuan penelitian
adalah menggunakan teknik statistika. Statistika efesien karena menyediakan
struktur sisematis dalam pengorganisasian data penelitian dan juga menghendaki
sumber-sumber minimum dalam mencapai tujuan penelitian. Adalah sangat singkat,
kita hanya memerlukan dua hal : pengetahuan tentang berbagai uji statistika
yang cocok, dan sebuah kalkulator.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan analisis data dalam penelitian ini
adalah tahap akhir dari kegiatan penelitian yang ditandai dengan adanya
pengujian kebenaran dan ketidak benaran suatu hipotesa. Selanjutnya, sehubungan
dengan penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis statistik dengan rumus koefisien korelasi product moment, yaitu sebagai berikut:
Keterangan
: rxy = Koefisien korelasi
antara variabel x dan y, dua variabel yang dikorelasikan.
xy
= Product
dari hasil x kali y.
Lebih lanjut, diterangkan bahwa dalam penelitian ini, yang
menjadi variabel yang mempengaruhi (variabel X) adalah kompetensi mengajar guru
dan yang menjadi variabel yang dipengaruhi (variabel Y) adalah motivasi
belajar siswa.
Selanjutnya,
langkah-langkah
analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan
hipotesis nihil (Ho)
2. Membuat tabel
kerja
3. Memasukkan
data ke dalam rumus koefisien korelasi product moment
4. Menguji signifikansi
rxy (rhitung)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Untuk memperoleh data hasil penelitian
tentang korelasi antara kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar siswa
di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, ada beberapa
langkah yang ditempuh oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan
Penelitian
Sebelum
penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran
2010/2011, terlebih dahulu peneliti mempersiapkan hal-hal yang dapat
memperlancar dalam pelaksanaan penelitian. Adapun hal tersebut, yaitu sebagai
berikut:
a.
Permohonan surat izin penelitian ke BAAK
IKIP Mataram
Langkah awal, peneliti mengajukan surat permohonan
izin penelitian ke Biro Akademik dan Kemahasiswaan IKIP Mataram, yang ditindak
lanjuti dengan nomor surat : 175/B. 02/FIP/IKIP-Mtr/2011, yang direkomendasikan
oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram pada tanggal 09 Februari 2011.
Selanjutnya, surat permohonan izin mengadakan penelitian tersebut ditujukan
kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Sumbawa Besar,
untuk direkomendasikan lebih lanjut.
b.
Rekomendasi surat izin mengadakan
penelitian dari BAPPEDA
Langkah
selanjutnya, peneliti mengajukan rekomendasi surat izin penelitian dari Biro
Akademik dan Kemahasiswaan IKIP Mataram kepada BAPPEDA Kota Sumbawa Besar yang
kemudian ditindak lanjuti dengan nomor surat : 070/076/PPS pada tanggal 14
Februari 2011 yang ditembuskan kepada : 1) Bupati Sumbawa di Sumbawa Besar, 2)
Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sumbawa di Sumbawa Besar, 3) Kepala SMP
Negeri 1 Alas di Alas, dan 4) Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram di
Mataram.
c.
Tindak lanjut surat izin mengadakan penelitian
dari BAPPEDA
Setelah mendapat rekomendasi surat izin
mengadakan penelitian dari BAPPEDA Kota Sumbawa Besar, langkah selanjutnya
surat izin tersebut peneliti sampaikan kepada :
1) Bupati Sumbawa di Sumbawa Besar, 2) Kepala Dinas Pendidikan Nasional
Kabupaten Sumbawa di Sumbawa Besar, 3) Kepala SMP Negeri 1 Alas di Alas, dan 4)
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram di Mataram.
Sebelum memulai penelitian di SMP Negeri
1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, terlebih dahulu peneliti
mengadakan konsultasi dengan kepala SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa,
sehubungan dengan pelaksanaan penelitian.
d.
Mempersiapkan instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan data tentang variabel yang mempengaruhi (variabel X) yaitu kompetensi
mengajar guru dan variabel yang dipengaruhi (variabel Y) yaitu motivasi belajar
siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011 adalah
instrument angket/kuesioner.
Selanjutnya, untuk memperoleh data yang
akurat, peneliti mempersiapkan instrumen angket/kuesioner yang sedemikian rupa
sehingga mampu mengungkap data sesuai dengan variabel penelitian. Adapun langkah-langkah
yang ditempuh oleh peneliti dalam mempersiapkan instrumen angket/kuesioner,
yaitu sebagai berikut:
1)
Perencanaan, yaitu kegiatan merumuskan
kisi-kisi instrumen angket/kuesioner berdasarkan indikator dari masing-masing variabel
penelitian.
2)
Penyusunan, yaitu membuat item-item
pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi instrumen angket/kuesioner yang telah
dirumuskan sebelumnya.
3)
Evaluasi, yaitu mengadakan konsultasi
dengan dosen pembimbing skripsi I dan II, agar instrumen angket/kuesioner dapat
dianggap valid dan reliabel dalam mengungkap data tentang variabel penelitian.
2. Pelaksanaan
penelitian
Untuk
mendapatkan data tentang variabel yang mempengaruhi (variabel X) yaitu kompetensi
mengajar guru dan variabel yang dipengaruhi (variabel Y) yaitu motivasi belajar
siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, peneliti
menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Rekapitulasi subyek penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek
variabel yang mempengaruhi (variabel X) atau variabel kompetensi mengajar guru adalah
semua guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran
2010/2011 yaitu berjumlah 36 orang guru dan yang menjadi subyek variabel yang
dipengaruhi (variabel Y) atau variabel motivasi belajar siswa adalah sebagian
dari siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran
2010/2011 yaitu berjumlah 36 orang siswa.
Untuk lebih jelasnya mengenai subyek dalam
penelitian ini, maka dapat dilihat pada lampiran 5.
b.
Pengumpulan data
Setelah merekapitulasi jumlah subyek
penelitian, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah kegiatan
pengumpulan data. Dalam kegiatan pengumpulan data, peneliti menempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Penyebaran angket/kuesioner
Langkah awal yang ditempuh oleh peneliti
dalam mengumpulkan data tentang variabel penelitian adalah kegiatan penyebaran
angket/kuesioner. Angket/kuesioner yang dimaksud adalah angket/kuesioner
kompetensi mengajar guru (variabel X) atau yang disebarkan kepada subyek guru
yang mengajar di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011
dan angket/kuesioner motivasi belajar siswa (variabel Y) yang disebarkan kepada
subyek siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran
2010/2011.
Kegiatan penyebaran angket/kuesioner
dilaksanakan mulai tanggal 17 sampai 18 Februari 2011, dengan diberikan
langsung kepada semua subyek penelitian yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh
peneliti. Dalam kegiatan ini, peneliti dibantu oleh salah seorang guru (Wakasek
Manajemen) dan salah seorang pegawai TU (Bendahara Rutin dan BOS) SMP Negeri 1
Alas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011.
2)
Penarikan angket/kuesioner
Setelah
angket/kuesioner disebarkan kepada semua subyek penelitian, langkah selanjutnya
adalah kegiatan penarikan angket/kuesioner. Kegiatan penarikan angket/kuesioner
dilaksanakan mulai tanggal 21 s/d 23. Kegiatan ini
berjalan dengan lancar, karena sebagian besar dari subyek penelitian secara langsung
menyerahkan sendiri angket/kuesioner yang sudah dijawab kepada peneliti.
3)
Rekapitulasi skor angket/kuesioner
Setelah semua angket terkumpul, langkah
terakhir dari kegiatan pengumpulan data adalah kegiatan rekapitulasi skor
angket/kuesioner.
Dari angket/kuesioner yang disebarkan
kepada semua subyek penelitian, diperoleh skor angket/kuesioner sebagaimana disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 1. Rekapitulasi Skor
Angket/Kuesioner Kompetensi Mengajar Guru (Variabel X)
No.
|
Kode Subjek
|
Skor Angket/kuesioner kompetensi
mengajar guru (variabel X)
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
1.
|
A
|
87
|
2.
|
B
|
87
|
3.
|
C
|
85
|
4.
|
D
|
86
|
5.
|
E
|
83
|
6.
|
F
|
83
|
7.
|
G
|
88
|
8.
|
H
|
90
|
9.
|
I
|
89
|
10.
|
J
|
87
|
11.
|
K
|
90
|
12.
|
L
|
88
|
13.
|
M
|
90
|
14.
|
N
|
87
|
15.
|
O
|
84
|
16.
|
P
|
83
|
17.
|
Q
|
80
|
18.
|
R
|
87
|
19.
|
S
|
88
|
20.
|
T
|
87
|
21.
|
U
|
82
|
22.
|
V
|
82
|
23.
|
W
|
88
|
24.
|
X
|
85
|
25.
|
Y
|
81
|
26.
|
Z
|
79
|
27.
|
AA
|
89
|
28.
|
AB
|
89
|
29.
|
AC
|
87
|
30.
|
AD
|
82
|
31.
|
AE
|
84
|
32.
|
AF
|
84
|
33.
|
AG
|
84
|
34.
|
AH
|
79
|
35.
|
AI
|
83
|
36.
|
AJ
|
83
|
Jumlah
|
3070
|
|
Rata-rata
|
85.28
|
Tabel 4. 2. Rekapitulasi Skor Angket/Kuesioner
Motivasi Belajar Siswa (Variabel Y)
No.
|
Kode Subjek
|
Skor Angket/kuesioner Motivasi Belajar
Siswa (Variabel Y)
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
1.
|
A
|
87
|
2.
|
B
|
88
|
3.
|
C
|
83
|
4.
|
D
|
89
|
5.
|
E
|
79
|
6.
|
F
|
84
|
7.
|
G
|
88
|
8.
|
H
|
87
|
9.
|
I
|
87
|
10.
|
J
|
87
|
11.
|
K
|
89
|
12.
|
L
|
87
|
13.
|
M
|
87
|
14.
|
N
|
81
|
15.
|
O
|
81
|
16.
|
P
|
79
|
17.
|
Q
|
83
|
18.
|
R
|
83
|
19.
|
S
|
88
|
20.
|
T
|
85
|
21.
|
U
|
79
|
22.
|
V
|
78
|
23.
|
W
|
87
|
24.
|
X
|
81
|
25.
|
Y
|
82
|
26.
|
Z
|
79
|
27.
|
AA
|
88
|
28.
|
AB
|
89
|
29.
|
AC
|
88
|
30.
|
AD
|
76
|
31.
|
AE
|
81
|
32.
|
AF
|
83
|
33.
|
AG
|
89
|
34.
|
AH
|
83
|
35.
|
AI
|
73
|
36.
|
AJ
|
78
|
Jumlah
|
3016
|
|
Rata-rata
|
83.78
|
3. Analisis
Data
Kegiatan
analisis data dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya Korelasi Positif Antara
Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas
Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2010/2011, sebagaimana tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini.
Langkah-langkah yang ditempuh
oleh peneliti dalam kegiatan analisis data adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan
hipotesis nihil (Ho)
Langkah awal kegiatan
analisis data dalam penelitian ini adalah merumuskan hipotesis nihil (Ho).
Sehubungan dengan penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah hipotesis
alternatif (Ha) yang berbunyi : “Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi
Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten
Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011”, jika diubah menjadi hipotesis nihil (Ho),
maka akan berbunyi : “Tidak Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar
Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun
Pelajaran 2010/2011”.
b. Membuat
tabel kerja
Langkah selanjutnya setelah merumuskan hipotesis
nihil (Ho) adalah membuat tabel kerja. Tabel kerja dibuat berdasarkan skor
angket/kuesioner dari masing-masing subyek penelitian, sebagaimana yang telah
disajikan pada tabel 4. 1 dan tabel 4. 2. Tabel kerja yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. 3. Tabel Kerja Untuk Mengetahui
Ada Tidaknya Korelasi Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa
di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011
No.
|
K. Subjek
|
X
|
Y
|
x
|
y
|
x2
|
y2
|
x.y
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
(8)
|
(9)
|
1.
|
A
|
87
|
87
|
1.72
|
3.22
|
2.96
|
10.37
|
5.54
|
2.
|
B
|
87
|
88
|
1.72
|
4.22
|
2.96
|
17.81
|
7.26
|
3.
|
C
|
85
|
83
|
-0.28
|
-0.72
|
0.08
|
0.61
|
0.22
|
4.
|
D
|
86
|
89
|
0.72
|
5.22
|
0.52
|
27.25
|
3.76
|
5.
|
E
|
83
|
79
|
-2.28
|
-4.78
|
5.20
|
22.85
|
10.90
|
6.
|
F
|
83
|
84
|
-2.28
|
0.22
|
5.20
|
0.05
|
-0.50
|
7.
|
G
|
88
|
88
|
2.72
|
4.22
|
7.40
|
17.81
|
11.48
|
8.
|
H
|
90
|
87
|
4.72
|
3.22
|
22.28
|
10.37
|
15.20
|
9.
|
I
|
89
|
87
|
3.72
|
3.22
|
13.84
|
10.37
|
11.98
|
10.
|
J
|
87
|
87
|
1.72
|
3.22
|
2.96
|
10.37
|
5.54
|
11.
|
K
|
90
|
89
|
4.72
|
5.22
|
22.28
|
27.25
|
24.64
|
12.
|
L
|
88
|
87
|
2.72
|
3.22
|
7.40
|
10.37
|
8.76
|
13.
|
M
|
90
|
87
|
4.72
|
3.22
|
22.28
|
10.37
|
15.20
|
14.
|
N
|
87
|
81
|
1.72
|
-2.78
|
2.96
|
7.73
|
-4.78
|
15.
|
O
|
84
|
81
|
-1.28
|
-2.78
|
1.64
|
7.73
|
3.56
|
16.
|
P
|
83
|
79
|
-2.28
|
-4.78
|
5.20
|
22.85
|
10.90
|
17.
|
Q
|
80
|
83
|
-5.28
|
-0.78
|
27.88
|
0.61
|
4.12
|
18.
|
R
|
87
|
83
|
1,72
|
-0.78
|
2.96
|
0.61
|
-1.34
|
19.
|
S
|
88
|
88
|
2.72
|
4.22
|
7.40
|
17.81
|
11.48
|
20.
|
T
|
87
|
85
|
1.72
|
1.22
|
2.96
|
1.49
|
2.10
|
21.
|
U
|
82
|
79
|
-3.28
|
-4.78
|
10.76
|
22.85
|
15.68
|
22.
|
V
|
82
|
78
|
-3.28
|
-5.78
|
10.76
|
33.41
|
18.96
|
23.
|
W
|
88
|
87
|
2.72
|
3.22
|
7.40
|
10.37
|
8.76
|
24.
|
X
|
85
|
81
|
-0.28
|
-2.78
|
0.08
|
7.73
|
0.78
|
25.
|
Y
|
81
|
82
|
-4.28
|
-1.78
|
18.32
|
3.17
|
7.62
|
26.
|
Z
|
79
|
79
|
-6.28
|
-4.78
|
39.44
|
22.85
|
30.02
|
27.
|
AA
|
89
|
88
|
3.72
|
4.22
|
13.84
|
17.81
|
15.70
|
28.
|
AB
|
89
|
89
|
3.72
|
5.22
|
13.84
|
27.25
|
19.42
|
29.
|
AC
|
87
|
88
|
1.72
|
4.22
|
2.96
|
17.81
|
7.26
|
30.
|
AD
|
82
|
76
|
-3.28
|
-7.78
|
10.76
|
60.53
|
25.52
|
31.
|
AE
|
84
|
81
|
-1.28
|
-2.78
|
1.64
|
7.73
|
3.56
|
32.
|
AF
|
84
|
83
|
-1.28
|
-0.78
|
1.64
|
0.61
|
1.00
|
33.
|
AG
|
84
|
89
|
-1.28
|
5.22
|
1.64
|
27.25
|
-6.68
|
34.
|
AH
|
79
|
83
|
-6.28
|
-0.78
|
39.44
|
0.61
|
4.90
|
35.
|
AI
|
83
|
73
|
-2.28
|
-10.78
|
5.20
|
116.21
|
24.58
|
36.
|
AJ
|
83
|
78
|
-2.28
|
-5.78
|
5.20
|
33.41
|
13.18
|
Jumlah
|
3070
|
3016
|
0
|
0
|
349.28
|
644.28
|
336.28
|
|
Rata-rata
|
85.28
|
83.78
|
|
|
|
|
|
c. Memasukkan
data ke dalam rumus koefisien korelasi product moment
Setelah tabel kerja dibuat, maka langkah
selanjutnya adalah memasukkan data ke dalam rumus koefisien korelasi product moment. Berdasarkan tabel kerja di
atas, diketahui nilai ∑x2 = 349,28;
∑y2
= 644,28; dan ∑x.y = 336,28
Selanjutnya,
nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus koefisien korelasi product moment untuk mendapatkan nilai rxy (rhitung), yaitu sebagai berikut:
d. Menguji
signifikansi nilai rxy (rhitung)
Berdasarkan hasil
perhitungan di atas, diketahui nilai rhitung
sebesar 0,709. Selanjutnya, nilai tersebut dikonsultasikan dengan
nilai rtabel product moment pada
taraf signifikansi 5% dengan N=36, maka diperoleh nilai rtabel product
moment sebesar 0,329. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa nilai rhitung lebih besar dari nilai
rtabel product moment atau
0,709 > 0,329. Dengan demikian, hasil analisis data dalam penelitian ini
dinyatakan signifikan.
B. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan
hasil analisis data di atas, diketahui nilai rhitung sebesar 0,709. Selanjutnya, nilai tersebut
dikonsultasikan dengan nilai rtabel product
moment pada taraf signifikansi 5% dengan N=36, maka diperoleh nilai rtabel product moment sebesar 0,329. Kenyataan tersebut, menunjukkan bahwa
nilai rhitung lebih besar
dari nilai rtabel product
moment atau 0,709 > 0,329. Dengan demikian, hasil analisis data dalam penelitian ini dinyatakan signifikan. Jadi,
hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi : “Tidak Ada Korelasi Positif
Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1
Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011” ditolak dan sebaliknya
hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan dalam penelitian ini yang berbunyi :
“Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar
Siswa di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011” diterima.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang
dipaparkan di atas, diketahui bahwa nilai rhitung lebih besar dari rtabel
atau 0,709 > 0,329. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hasil analisis data
dalam penelitian ini dinyatakan signifikan. Dengan demikian,
hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi : “Tidak Ada Korelasi Positif Antara
Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Alas
Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011” ditolak dan sebaliknya
hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan dalam penelitian ini, yang berbunyi : “Ada
Korelasi
Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP
Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011” diterima.
Selanjutnya, berdasarkan pedoman
pemberian interpretasi koefisien korelasi, nilai rxy
yang sebesar 0,709 jatuh pada kategori hubungan yang kuat. Jadi,
ada hubugan yang kuat antara kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar
siswa atau dengan kata lain, semakin tinggi kualitas kompetensi guru dalam
mengajar maka semakin tinggi kualitas motivasi siswa dalam belajar dan juga
sebaliknya, semakin rendah kualitas kompetensi guru dalam mengajar maka
motivasi siswa dalam belajar semakin rendah.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dalam bab IV, diketahui
bahwa hasil analisis data dinyatakan signifikan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa “Ada Korelasi Positif Antara Kompetensi Mengajar Guru Dengan
Motivasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 1 Alas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Saran
1. Kepada
Guru
Sebagai tenaga pendidik yang profesional, seorang guru senantiasa
harus menguasai kompetensi yang variatif dalam mengajar. Dengan adanya
penguasaan kompetensi yang variatif dalam mengajar, diharapkan seorang guru
dapat mendorong siswa untuk terus belajar sesuai dengan karakteristik dan
potensi dari masing-masing siswa.
2. Kepada
Siswa
Motivasi merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam proses
belajar. Sebab, siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar, tidak akan
mungkin dapat melakukan aktifitas belajar dengan maksimal. Siswa yang memiliki
motivasi, cendrung akan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang
mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Untuk mendapatkan semua itu, tidak
ada cara lain yang lebih tepat selain belajar.
3. Kepada
Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah, hendaknya
selalu memberikan pembinaan yang intensif kepada guru-guru, sehingga guru-guru
mampu mengembangkan potensi diri secara optimal.
4. Kepada
Peneliti
Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menjadikan karya ilmiah ini
sebagai bahan perbandingan untuk meneliti lebih lanjut tentang hal-hal yang
belum terungkap dalam penelitian ini.